Terima kasih Tuhan, terima kasih untuk anugrah yang telah Engkau beri di kehidupanku ini, di pertemukan dengan suamiku, kami sama-sama saling mencintai. Dan untuk sahabatku, semoga perceraianmu besok di Pengadilan Agama dengan Lelaki pilihan kedua orangtuamu itu berjalan lancar ya sayang.
Ah! Kopi susu, kau memang selalu menjadi teman terbaikku ketika aku sedang dilanda gundah gulana karena mendengar cerita tentang sahabatku itu.
Kuambil cangkir di atas Meja dan kuteguk secara perlahan, Hemm, rasa kopi ini terasa lebih nikmat, setelah tadi mendengarkan kabar dari sahabatku yang mengabarkan bahwa perceraiannya dengan Lelaki pilihan keluarganya itu, telah di setujui oleh keluarga besarnya. Dan dengan bukti-bukti yang ada, sepertinya Lelaki pengecut itu tidak bakal mampu untuk meneruskan sandiwaranya. Agar hubungannya dengan Fani terlihat baik-baik saja di mata orang-orang di sekeliling tempat tinggalnya.
Habis gelap terbitlah terang, Gerhana Bulan dan cahaya kegelapan yang selama ini menaungi kehidupan Fani sepertinya sudah berlalu. Dan entah kenapa saat ini aku seperti tengah melihat Fani tersenyum bahagia menatapku. Senyuman bahagia yang benar-benar tulus keluar dari pancaran jiwanya, bukan senyum kemunafikan seperti yang selama ini dia lakukan selama menjalani kehidupan berumah tangga bersama Lelaki pilihan kedua orangtuanya itu.
Fani, kamu berhak bahagia!
Selesai
Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Aprianidinni. Cerita ini berdasarkan pengakuan dari seseorang yang tidak ingin disebutkan nama aslinya, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu hanyalah ilustrasi semata untuk mempermanis cerita dan tidak ada unsur kesengajaan. Artikel ini sudah tayang di secangkirkopibersama.com