Deg..hampir saja cangkir kopi dalam genggaman-ku terlepas jatuh mendengar kata-kata wanita berkulit hitam manis ini barusan. Apa maksud-nya bahwa aku adalah orangnya? Ketemu saja baru sekali ini. Tapi aku coba sabar, diam dan menunggu kata-kata berikut-nya.
" Mungkin abang sudah mendengar cerita dari suami kakak tentang siapa kakak, sampai masalah rumah tangga kami tadi.."
Suara wanita berkulit hitam manis itu kembali terdengar sambil tersenyum menatapku. jujur saja saat ini aku sedikit canggung dengan nya. Dimana aku dan wanita berkulit hitam manis ini ngobrol berdua di sepertiga malam seperti ini.
Seperti memahami kegelisahanku, yang merasa begitu canggung di depannya itu. Sambil melihat  mataku yang sesekali melirik ke arah pintu kamar-nya, wanita berkulit hitam manis ini kembali berkata;
" Abang jangan kuatir. Suami kakak tidak akan marah melihat kita ngobrol berdua di sepertiga malam seperti ini."
Kata-nya lagi sambil tersenyum, mungkin dia merasa lucu melihatku yang saat ini seperti orang ketakutan duduk berdua dengan-nya, dia berusaha menenangkan fikiran-ku saat ini.
" Hem, suami macam apa pria itu! Membiarkan istrinya ngobrol berdua dengan pria lain di sepertiga  malam seperti ini, sementara dia malah tidur di kamar-nya."
Batinku mulai menghakimi pria ramah yang tadi malam cukup lama ngobrol akrab dengan-ku itu.
" Kami pernah mengalami hal-hal gila sebelum-nya, dan kakak tau ia begitu pasrah dan rela menahan perasaan-nya sendiri demi kesembuhan kakak. Buktinya sampai hari ini rumah tangga kami masih baik-baik saja."Â
Kata-nya lagi sambil tertawa kecil kearahku. Barisan gigi putih yang terlihat begitu bersih dan rapi itu juga sepertinya ikut-ikutan mencoba untuk menenangkan kekuatiran ku saat ini.
Sekali lagi kutatap wajah wanita berkulit hitam manis yang sedang duduk di depanku ini, kulihat wajah seorang wanita baik-baik yang aku tau saat ini sedang berusaha untuk tetap tegar berdiri di tengah semua rasa sakit dan ketakutan yang selalu datang menghantui-nya.