Mohon tunggu...
Warid Zul Ilmi
Warid Zul Ilmi Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan Perencana Kota

Hallo selamat terhubung dengan saya dan mari kita diskusikan banyak hal tentang kota dan desa ! Saya senang menulis lebih senang lagi jika tulisan tersebut bisa didiskusikan bersama. Lets Connect https://www.linkedin.com/in/waridzulilmi/

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit dan Krisis Iklim di Indonesia

9 Februari 2023   17:00 Diperbarui: 9 Februari 2023   17:03 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengembangan kawasan berbasi moda transportasi publik seperti konsep Transit Oriented Development (TOD) yang bertumpu kepada potensi sistem transit pada simpul transportasi masal di perkotaan untuk dapat memanfaatkan ruang dengan optimal sehingga mencapai ekosistem bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain baik masyarakat, perusahaan dan juga pemerintah. 

Beberapa keuntungan yag diklaim mengenai lingkungan hidupa dalah adanya pengurangan emisi dan polusi udara dari kendaraan pribadi, artinya ada keuntungan secara lingkungan apabila konsep pengembangan kawasan TOD ini direplikasi diberbagai kota di Indonesia yang mengalami kemacetan dan pemadaatan kendaraan pribadi. Meskipun tujuan awal dari adanya konsep TOD untuk melerai kemacetan tapi menurut studi yang dilakukan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakulas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia menunjukan bahwa dengan dilakukannya pengembangan transportasi masal khususnya Mass Rapid Transport adalah adanya  peningkatan kualitas hidup masyarakat, dengan mendapatkan waktu yang lebih berkualitas di luar jam kerja, penurunan stress, peningkatan kesehatan pribadi, dan menjadi lebih tepat waktu. Hal ini dihasilkan dari penggunaan transportasi publik masalah seperti MRT. Baru satu sektor yang dilihat, kalau saja bukan hanya tranportasi publiknya, melainkan fungsi ruang yang dibangun dengan banyak pemanfaatan dan mudah diakses dalam pelayananya mungkin peningkatan kualitas hidup masyarakat akan mencapai pada level tertinggi yaitu kesejahteraan. 

Habit dari struktur dan fungsi kota yang demikian berpotensi juga mengubah habit masyarakat atau warga kota yang tinggal di dalamnya, kemudahan yang diberikan dan kebiasaan yang akhirnya memberikan dampak baik bukan hanya dari segi ekonomi melainkan lingkungan seperti penurunan emisi gas rumah kaca atau polusi udara dan kebisingan kota. 

Kita ketahui bersama bahwa krisis iklim memang benar dan sedang mengancam kita semua, terutama kepada mereka masyarakat kelompok rentan yang memilki kapasitas rendah karena tempat tinggal, gender, kesehatan sampai kemampuan finansialnya serta letak geografis yang lebih terdampak dari bahaya yang ditimbulkan oleh adanya krisis iklim seperti di kawasan pesisir. 

Ancaman yang saat ini sudah banyak dirasakan dan semakin parah perlu ada kesadaran, dan komunitas terbesar dalam peningkatan emisi adalah wilayah perkotaan yang memiliki banyak kegiatan dan penggunaan ruang yang begitu padat. Konsep TOD mungkin bisa menjadi solusi yang berjangka waktu panjang, namun dalam proses terwujudnya kota dengan penerapan TOD ini dan masa adaptasi warga kota yang tinggal didalamnya untuk mau memaanfaatkan kemudahan yang ditawarkan apakah punya waktu yang cukup cepat. Sementara masyarakat dengan kerentanannya harus menanggung dampak dari krisis iklim yang ditimbulkan dan keterparahan dari selama menunggu pembangunan kota yang cukup modern untuk dapat dikatakan mampu secara mandiri menghidupi kotanya dengan gaya hidup sehat dan penggunaan energi terbarukan. 

Sekilas singgungan antara kebermanfaatan dari penerapan konsep TOD dan kebermanfaatan lingkungan dalam mengatasi krisis iklim masih terlampau jauh untuk dikatakan efektif dan efisien, meskipun potensinya cukup terlihat, namun saat ini konsep TOD masih lebih condong terhadap keuntungan ekonomi atau bisnis, Transit Oriented Development dan Bussines Oriented Development yang sangat amat dekat dari pada penyelesaian masalah dengan Nature Based Solution nya. 

Mungkin yang bisa kita pahami saat ini masih di tahap bagaimana menghasilkan keuntungan dari simpul transi moda transportasi dengan membangun berbagai hal dan membentuk ekosistem bisnisnya, namun belum secara matang membangun ekosistem bisnisnya secara hijau. Ada bab tersendiri yang harus didiskusikan kembali dan unsur dari diskusi yang mengarah kepada pembangunan hijau harus diakomodasi pada kebijakan yang dibuat sebagai pembaharuan dari pedoman pengembangan kawasan berorientasi transit yang sudah lebih dulu ada. Karena tentu akan ada banyak perbedaan sudut pandang ketika kita menginginkan optimalisasi lahan pada radius yang kurang dari 800 meter dengan melestarikan bumi ini dengan solusi alam dalam setiap pembangunannya, atau kita masih memeluk keyakinan yang sama bahwa pembangunan akan selalu bertolak belakang dengan konservasi lingkungan hidup. 

Mungkin di pusat perkotaan bisa selamat dari krisis iklim, namun masyarakat yang tinggal di daerah pesisir yang sekarang terancam dari kenaikan muka air laut dan penurunan tanah serta gelombang ekstrem apakah bisa selamat juga dengan konsep TOD ini ? atau bahkan TOD bisa menciptakan ruang baru bagi mereka yang tinggal dikawasan tersebut untuk memiliki hunian layak dan aman dari krisis iklim dan tetap bisa terhubung ke laut dengan moda transportasinya ? 

Menurut kalian bagaimana ? Apakah Konsep TOD ini bisa menerapkan pro poor city dari bahaya krisis iklim ? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun