Mohon tunggu...
Badrut Tamam
Badrut Tamam Mohon Tunggu... Penulis - Blogger dan Contentpreneur

Penulis Lepas - Content Creator | History Explorer - Coffee Lover. #MataAirLerengSemeru #GelombangRinduDiPulauBermukaSeribu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tapak Pergerakan Sang Begawan Suci dalam Mengatasi Darurat Wabah di Nusantara (Bagian 1)

5 Juni 2020   09:52 Diperbarui: 7 Juni 2020   06:41 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : ig @yusufampelpart

Ditengah terpaan pandemi corona yang tak kunjung mereda kiranya kita perlu membuka-buka lembar sejarah, adakah tamsil yang bisa diambil sebagai Ibrah dan diserap hikmahnya.

Sejarah wabah sejatinya telah berkali-kali terjadi di rentang masa yang berbeda sebagaimana pernah dikabarkan bahwa hanya wabah maha dahsyat yang 'kuasa' menutup baitullah di Makkah hingga menghentikan pelaksanaan ibadah haji hingga 40 kali salah satunya virus corona a.k.a Covid19 yang muncul dan mewabah untuk pertama kalinya pada penghujung tahun 2019 di Wuhan China.

Pada masa pemerintahan prabu Brawijaya di Kerajaan Majapahit konon terjadi wabah penyakit yang sukar dicari obatnya dan berjangkit di beberapa wilayah, bukan hanya itu kemerosotan moral dan penyakit masyarakat menjadikan sang raja gundah gulana apalagi negeri itu kini diambang perebutan tahta diantara sesama pewaris singgasana belum lagi ancaman invasi dari kerajaan seberang yang datang membayang mengingat Majapahit adalah salah satu negeri besar di tlatah Nusantara yang banyak diincar untuk ditaklukkan.

Ditengah gundah gulana itulah sang raja bersedia mendengarkan kisah serupa dari sang permaisurinya yang berasal dari negeri champa, betapa kakeknya sang Maharaja Champa terpaksa harus membuat sayembara yang akhirnya dimenangkan oleh seorang begawan suci dari negeri Samarkand yang bernama Syaikh Ibrahim Assamarkandi. 

Begawan Suci Asmorokondi ternyata tidak sekedar ahli herbal dan pengobatan melainkan juga cakap dan pandai memberikan solusi atas permasalahan politik dan pemerintahan. Syaikh dari Samarkand itu pada akhirnya diangkat menjadi Patih dan diambil sebagai menantu kerajaan.

Dalam realitasnya seringkali terjadi pengulangan atas sejarah atau istilahnya berlangsung dalam versi yang berbeda ; serupa tapi tak sama.
Paparan permaisuri dwarawati kali ini cukup mengena dan sukar untuk dibantah. Mau tidak mau masa depan kebesaran Majapahit berada diatas segala-galanya dan harus segera diselamatkan. Tidak banyak opsi yang bisa dipilih, raja memutuskan untuk mengikuti saran permaisuri dan bersegera mengirim utusan khusus ke negeri champa dengan membawa secarik surat sakti dari permaisuri dwarawati.

Gayung bersambut dan Suratpun Berbalas, demi mendengar prahara yang terjadi di tanah Jawa maka dengan segala analisa dan pertimbangan pada akhirnya kerajaan champa yang selama ini berkongsi karena ikatan perkawinan dengan Majapahit memutuskan untuk mengirimkan utusan yang terbaik yakni sang pangeran kerajaan dalam sebuah misi sosial dan kemanusiaan.

Sang Pangeran yang bernama Syaikh Ali Rahmatullah tidak hanya pandai dalam ilmu pengobatan karena sebagaimana ayahnya yang membekali diri dengan banyak  ilmu, beliau juga dikader, ditempa dan dipersiapkan untuk menjadi pelanjut dakwah di tanah Jawa.

Setibanya di Majapahit Syaikh Ali Rahmatullah menghadap kepada prabu Brawijaya dan bibinya permaisuri dwarawati. Sejatinya Syaikh Ali Rahmatullah sudah dilazimkan kepadanya sebutan Raden karena selain beliau adalah pangeran di negeri asalnya, beliau adalah kemenakan permaisuri sekaligus sebagai tamu kehormatan Kerajaan.

Berbekal informasi yang diterima serta fakta yang berhasil dihimpunnya maka Raden Rahmat secara terbuka menjelaskan langkah-langkah yang akan diambil dalam ikhtiarnya mengatasi wabah penyakit yang berjangkit.

Pertama, Raden Rahmat mencari sebuah daerah yang jauh di pinggiran kota untuk membuat sebuah langgar sederhana untuk beribadah juga dikhususkan untuk terapi pengobatan. Dipilihnya daerah yang dekat aliran sungai dan rimbun ditumbuhi pepohonan diantaranya kembang-kembang cantik berwarna kuning sehingga kelak daerah itu dinamakan kembang kuning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun