"Ini ibu, Pak?", saya bertanya dan kemudian merasa telah agak lancang melakukannya. Sebab wanita tersebut tiada lain ialah almarhumah istrinya. Saat saya merasa bersalah dan segan karena baru saja menanyakan hal yang mungkin membangkitkan rasa dukanya, Pak Saefuloh justru menambahkan sedikit cerita tentang almarhumah. Ternyata sang istri meninggal saat pandemi Covid-19 yang lalu.
Mendengar hal itu saya memutuskan tidak menanyakan lagi hal-hal yang mungkin akan membuat Pak Saefuloh menghubungkan ceritanya dengan mendiang sang istri. Sebenarnya Pak Saefuloh nampak biasa saja dan tidak keberatan, tapi saya merasa tidak berhak untuk mengetahui lebih banyak tentang kehidupan orang lain yang baru saya jumpai.
Meski demikian saya tak memungkiri bahwa kereta api merupakan tempat yang ajaib. Di dalam perjalanan kereta api orang-orang yang tidak saling kenal akan bertemu dan duduk berdampingan atau berhadapan. Tak lama kemudian mereka telah terlibat dalam obrolan akrab dan hangat.
Perjalanan kereta membuat orang-orang segera saling mempercayai sehingga bisa bertukar cerita. Termasuk cerita kehidupan pribadi yang biasanya menjadi bahan obrolan dengan keluarga atau sahabat. Entah apa yang membuat kereta api bisa dengan mudah dan cepat menyatukan orang-orang untuk saling merasa dekat dan kenal.
Saya dan Pak Saefuloh tidak saling kenal sebelumnya. Namun, dalam perjalanan mudik pagi itu, kami seperti dua orang yang telah saling percaya. Pak Saefuloh menceritakan beberapa hal tentang hidupnya, tentang keluarga putrinya, dan tentang almarhumah istri yang pasti sangat dicintainya. Begitu pun saya bersedia mengimbangi obrolan dengan merespon beberapa pertanyaan darinya.
Rasanya di tempat lain interaksi yang akrab tidak akan terjalin secepat dalam perjalanan kereta. Saat menumpang bis banyak orang lebih suka diam atau memandang jendela. Begitu pula para penumpang pesawat yang nampak lebih suka tidur atau mengobrol hanya dengan teman yang telah dikenalnya.
Namun, dalam perjalanan kereta api orang-orang selalu bisa membuat cerita bersama dengan rekan di kursi sebelah. Berkenalan lalu berbagi cerita seperti dua orang teman yang telah saling tahu. Bahkan, tak jarang orang-orang yang sepanjang perjalanan kereta terus bertukar cerita, ternyata tak sempat berkenalan nama. Hingga ketika salah seorang di antaranya harus turun atau tiba di tujuan terlebih dahulu, baru mereka sadar belum tahu nama masing-masing.
Saya beruntung dan bersyukur telah saling mengetahui nama dengan Pak Saefuloh. Bahkan, bertukar cerita tentang diri masing-masing. Setidaknya  dua cerita telah tercipta dalam perjalanan mudik pagi itu. Saya memiliki cerita dari Pak Saefuloh. Begitu pun Pak Saefuloh semoga berkenan menerima cerita tentang saya.
Pada akhirnya saya harus turun lebih dahulu. Sebelum keluar dari Taksaka, saya berpamitan dan menjabat tangan Pak Saefuloh. Berharap sisa perjalanan menuju Cirebon akan lancar dan menyenangkan baginya.
Taksaka kembali melaju. Mungkin seorang penumpang baru telah mengisi kursi yang saya tinggalkan. Penumpang itu mungkin juga akan membuat cerita baru bersama Pak Saefuloh. Mudik dengan kereta api memang semanis dan seajaib itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI