Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Mengenang JD.id, Mengenang yang Pertama, Mengenang Kardus Belanja Online Paling Rapi

16 Februari 2023   09:55 Diperbarui: 19 Februari 2023   07:41 1623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belanja online pertama saya dilakukan lewat JD.id pada 2017 silam (dok.pribadi).

JD.id, Dijamin Ori.

Slogan itu kini tinggal kenangan. Tak akan lagi terdengar atau muncul dalam iklan-iklan di TV serta media sosial. Sebab pada 15 Februari 2023 kemarin pemilik slogan telah mengakhiri cerita dan perjalanannya.

JD.id, marketplace yang selama beberapa tahun terakhir turut mewarnai gempita belanja online di Indonesia pamit.

Sebenarnya baru pada 31 Maret 2023 nanti JD.id tutup sepenuhnya. Walau demikian, layaknya seseorang yang hendak resign atau undur diri, langkah keluar selalu mendahului sebulan sebelumnya. Begitu pula JD.id sejak jauh hari telah mengumumkan bahwa 15 Februari 2023 menjadi hari terakhir mereka menerima pesanan.

Setelah hari itu para pelanggan setia tak lagi bisa mengisi keranjang apalagi check out. Dimulai pada hari itu, JD.id berhenti melayani masyarakat Indonesia.

Pengalaman Pertama

Pamitnya JD.id lumayan membuat saya terenyuh. Sebab JD.id lah yang mengawali aktivitas belanja online saya selama ini. Akan terus saya ingat dan masih terekam di dalam riwayat belanja pada akun JD.id sehari sebelum tutup. Bahwa pesanan pertama saya di JD.id terjadi pada 11 November 2017.

Itu adalah kali pertama saya berbelanja online melalui aplikasi e-commerce. Dengan kata lain, dari JD.id lah pengalaman perdana check out barang lewat aplikasi saya dapatkan. Sebelum saya terbiasa belanja online di berbagai e-commerce, JD.id yang pertama saya masuki.

JD.id pamit (dok.pribadi).
JD.id pamit (dok.pribadi).

Semakin sulit dilupakan karena pembelian pertama saya itu merupakan barang yang saya hadiahkan untuk ibu, yakni sebuah smartphone. Selalu saya ingat bagaimana saya menimbang keputusan saat membeli barang tersebut.

Di Yogyakarta sangat mudah bagi saya menemukan toko yang menjual smartphone. Namun, rekomendasi seorang teman yang telah lebih dulu belanja lewat JD.id menjadi petunjuk yang saya ikuti.

Ketika itu JD.id cukup dipercaya sebagai tempat membeli barang-barang elektronik yang dijamin original dan bergaransi. Ditambah fasilitas gratis ongkir yang menguntungkan. Kemudian saya tahu bahwa pembelian lewat JD.id bisa dilayani dengan pembayaran di tempat saat barang telah tiba alias COD.

Singkat kisah terpasanglah aplikasi JD.id di smartphone saya. Dengan itu saya memesan sebuah smartphone lain dengan memilih pembayaran di tempat.

Belanja online pertama saya dilakukan lewat JD.id pada 2017 silam (dok.pribadi).
Belanja online pertama saya dilakukan lewat JD.id pada 2017 silam (dok.pribadi).
Selanjutnya ialah saat-saat menunggu. Ada rasa penasaran bercampur harap-harap cemas bagaimana dan kapan pesanan saya tiba. Itu adalah saat-saat saya menjadi sangat sering membuka riwayat pesanan hanya untuk memeriksa update perjalanan paket. Sampai akhirnya paket tiba di Yogyakarta, berturut-turut dialihkan dari satu lokasi ke lokasi berikutnya yang terdekat dengan alamat saya.

Begitu paket disebutkan telah ada di gudang Maguwoharjo, saya mendapat sms bahwa paket akan segera dikirim ke alamat saya. Berikut dengan nama dan nomor HP kurir yang mengantar. Itu adalah pesan otomatis yang dikirim oleh sistem JD.id.

Tak lama kemudian menyusul sms dari kurir yang mengkonfirmasi keberadaan saya dan memohon saya menyiapkan uang pembayaran. Saya membalas dengan antusias. Meminta sang kurir datang sore hari saja.

Saat yang dinanti tiba. Dengan mudah kurir JD.id menemukan alamat saya. Di depan garasi pria berjaket merah sudah menunggu. Sebuah kardus kecil berwarna merah juga sudah disiapkan di atas jok sepeda motornya.

Dalam perjumpaan itu, setumpuk uang pecahan Rp50.000 saya berikan. Begitu dihitung dan jumlahnya sesuai, gantian sang kurir JD.id menyerahkan kardus warna merah yang telah disiapkan. Transaksi pun selesai. Sebuah smartphone saya dapatkan dalam kondisi utuh dan berfungsi baik.

Beberapa waktu kemudian, ketika pulang kampung smartphone itu saya sodorkan ke tangan ibu sebagai pengganti HP lamanya.

Semenjak hari itu pula, kurir JD.id menjadi lebih sering saya jumpai. Satu demi satu pesanan dari JD.id saya terima. Termasuk barang kebutuhan sehari-hari dan masker merk premium yang saat itu  masih murah serta mudah dibeli lewat JD.id.

JD.id pernah jadi andalan saya membeli masker sebelum pandemi Covid-19 (dok.pribadi).
JD.id pernah jadi andalan saya membeli masker sebelum pandemi Covid-19 (dok.pribadi).

Beberapa barang elektronik mulai dari kipas angin hingga TV juga saya dapatkan dengan berbelanja lewat JD.id. Secara umum tak pernah saya kecewa dengan pengalaman yang didapat. Hanya pada saat tertentu paket terlambat dikirim ke alamat. Terutama setelah gudang transit JD.id berpindah dari Maguwoharjo ke Jombor.

Walau demikian saya tetap nyaman belanja di JD.id. Pengalaman pertama membeli smartphone secara aman dan mudah telah membuat saya mengandalkan JD.id. Bahkan, ketika pandemi Covid-19 mulai melanda hingga 2021, aktivitas belanja online lewat JD.id terus saya lakukan. Namun, kala itu banyak pesanan saya tujukan untuk dikirim ke alamat orang tua di kampung halaman.

Maka ada masa ketika orang tua menerima banyak paket dari JD.id secara beruntun. Sesuatu yang lumayan mengejutkan bagi mereka yang belum familiar dengan belanja online. Sementara saya selalu memberitahu bahwa akan ada paket dihantar oleh kurir JD.id ke rumah.

Saat itu JD.id masih memberi subsidi ongkos kirim yang lumayan besar sehingga hampir semua pesanan saya tak dikenakan biaya pengiriman. Beberapa kali saya hanya dikenakan ongkos kirim yang besarnya kurang dari Rp10.000. Padahal jenis dan jumlah yang saya beli cukup banyak. Pernah saya membeli minyak goreng sebanyak 10 liter dan rak buku yang lumayan berat hanya dengan ongkos kirim masing-masing Rp2000 dan Rp4000.

Selalu Rapi

Bermula dari JD.id, saya lalu mencoba berbelanja lewat berbagai saluran e-commerce. Sebutlah Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Blibli, dan Lazada. Kini riwayat transaksi saya tercatat di semua nama tersebut.

Walau demikian, tak ada yang mengalahkan JD.id untuk satu hal. Yakni, kualitas kardus kemasan belanjanya.

Bagi saya, kardus JD.id masuk kelas premium. Kemasannya paling rapi di antara kardus resmi dari berbagai e-commerce yang pernah saya masuki untuk berbelanja.

Saya juga mengalami masa ketika kardus JD.id masih berwarna merah sampai kemudian berganti rupa menjadi warna coklat. Meski berganti, kualitas kardusnya tak berubah. Setiap berbelanja lewat JD.id saya selalu mendapatkan barang dikemas dengan kardus tebal yang rapi.

Rasanya tak pernah saya menerima paket dari JD.id dengan kardus yang rusak dan robek. Sangat jarang pula kardus saya terima dalam kondisi penyok.

Padahal, seringkali paket JD.id yang saya pesan berisi barang dengan jumlah dan bobot yang lumayan berat. Entah mengapa paket-paket itu bisa tiba dengan kondisi kardus kemasan yang rapi dan mulus. Seolah  tidak pernah terbentur, tergores, atau dilempar selama pengirimannya.

Oleh karenanya, ada masa ketika saya agak lama mengumpulkan kardus-kardus dari JD.id karena sayang jika dibuang. Saya menganggap itu masih akan berguna untuk menyimpan barang-barang yang sudah jarang dipakai. Bermanfaat untuk digunakan sebagai kemasan ulang saat akan mengirimkan paket ke orang lain. Beberapa kali pula saya memberikannya kepada sejumlah teman yang membutuhkan kardus bekas untuk mengemas barang-barang mereka.

Kardus kemasan JD.id selalu tiba dalam kondisi rapi (dok.pribadi).
Kardus kemasan JD.id selalu tiba dalam kondisi rapi (dok.pribadi).
Kini, kardus-kardus itu tak akan pernah saya terima lagi. Tak akan datang lagi kardus-kardus rapi yang di atasnya tercetak maskot kuda putih bernama "Joy".

Joy dan JD.id telah pamit. Namun, saya akan terus mengenangnya sebagai yang pertama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun