Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ratusan Nyawa Melayang, tapi Ternyata Ada yang "Berbahagia"

3 Oktober 2022   08:58 Diperbarui: 3 Oktober 2022   09:12 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konferensi pers Ketua Umum PSSI dan pejabat Indonesia atas Tragedi Kanjuruhan (tangkapan layar youtube kompas tv).

Bukan pernyataan, "kami menyesali". Bukan pula pengakuan, "kami salah dan siap dievaluasi". Dan sudah pasti bukan ungkapan penuh kesadaran, "kami akan mengambil tanggung jawab".

Bukan itu semua yang terucap dari mulut sang pejabat utama sepakbola Indonesia.

Ratusan jiwa yang terenggut di tempatnya berdiri saat melakukan konfrensi pers pada Minggu (2/10/2022) malam mungkin hanya dianggap sebagai korban layaknya orang meninggal pada umumnya. Sudah dimakamkan dan selanjutnya didoakan saja.

Untuk apa larut dalam kesedihan. Hidup harus terus berjalan. Begitu mungkin anggapannya.

Maka saat ratusan makam belum kering dan kepedihan masih terlalu pekat, dengan mudah pidato disampaikan tanpa ada getar penyesalan. Yang muncul justru suara yang kurang enak didengar.

"Hadirin sekalian yang berbahagia". Salam itu diucapkan oleh Ketua Umum PSSI saat membuka kata-katanya semalam.

Salam yang lazim dan sudah sering kita dengar sebenarnya. Salam yang biasanya diucapkan dalam sebuah pesta, syukuran, gathering dan jamuan yang dihadiri orang-orang dengan senyum dan perasaan terbaik.

Namun, salam "berbahagia" itu sekarang punya makna baru.

Dalam suasana berkabung pada hari di mana ratusan nyawa melayang, setiap orang sebaiknya memang perlu tetap tegar. Menerima tragedi sebagai ketetapan Tuhan akan mendatangkan kekuatan dan kelapangan hati.

Namun, bukan untuk "berbahagia". Sebab ada empati yang menghubungkan jiwa antara manusia sehingga kesedihan bisa dirasakan bersama. Ada simpati yang menautkan kemanusian di antara orang-orang sehingga tumbuh satu rasa untuk memahami kepedihan.

Maka ketika "salam berbahagia" disampaikan penuh keyakinan di sebuah acara duka cita atas ratusan nyawa, hanya orang-orang pilihan yang bisa merasakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun