Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berburu Malam Kemuliaan, Jangan "Overthinking" dan Tak Mesti di Masjid

22 April 2022   19:55 Diperbarui: 22 April 2022   20:00 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdiam di masjid (dok.pribadi).

"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan" (QS. Al Qadar: 3).

Malam ini masjid kembali ramai. Barisan saf salat isya dan tarawih rapat seperti hari-hari pertama Ramadan. Dari depan hingga belakang terisi oleh jamaah.

Ramainya masjid di penghujung Ramadan telah menjadi pemandangan rutin tiap tahun. Tak hanya salat berjamaah, banyak di antara jamaah juga memutuskan untuk tetap berada masjid seusai sembahyang.

Bukan untuk menumpang tidur, melainkan guna menjalankan iktikaf. Yakni, berdiam di masjid sambil memperbanyak ibadah sepanjang malam dengan membaca Alquran, berdoa, berzikir, salat malam, dan sebagainya. Juga merenung dan bermuhasabah.

Maka pada hari-hari terakhir Ramadan masjid-masjid pun menjadi lebih hidup suasananya. Banyak masjid memfasilitasi kegiatan iktikaf. Salah satunya dengan menyediakan  hidangan makan sahur. Sebab iktikaf biasanya dilakukan hingga sepertiga malam dan subuh.

Iktikaf memang dianjurkan untuk dilaksanakan pada 10 hari terakhir Ramadan. Itu dimaksudkan agar umat muslim berkesempatan menggapai Lailatul Qadar. Yakni, satu malam yang sangat istimewa pada bulan Ramadan. Malam yang dijanjikan dalam Surat Al Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Jika dikonversikan ke dalam bilangan tahun masa hidup manusia modern saat ini, seribu bulan itu setara dengan "83 tahun 4 bulan".

Amat banyak berkah yang bisa didapatkan oleh seorang muslim jika menjumpai Lailatul Qadar. Salah satunya ialah diampuni semua dosa yang telah lalu, diterima amalannya, dan dijauhkan dari siksa neraka.

Selain itu ganjaran pahala dari amal dan ibadahnya akan dilipatgandakan senilai kelipatan pahala Ramadan dikalikan 83 tahun. Itu sebabnya banyak orang yang mengisi malam-malam pada sepertiga akhir Ramadan dengan membaca Alquran. Sebab setiap huruf yang dibaca memiliki pahala. Lalu dikalikan dengan nilai pahala Ramadan dan dilipatgandakan lagi dengan hitungan 83 tahun.

Demikian pula amalan dan ibadah-ibadah lain seperti salat malam dan berzikir. Semua berlipat pahalanya.

Selain itu pada Lailatul Qadar doa-doa yang belum dikabulkan pada waktu lampau akan dikabulkan oleh Allah Swt. Maka setiap muslim akan berdoa sungguh-sungguh pada 10 hari terakhir Ramadan. Doa-doa terbaik dipanjatkan dengan harapan menjumpai Lailatul Qadar dan doa tersebut terkabul.

Alquran juga menyebutkan bahwa Lailatul Qadar merupakan malam penetapan sebagian urusan yang akan menjadi bagian dari perjalanan hidup seorang muslim. Rezeki, jodoh, sehat, dan sebagainya akan ditetapkan oleh Allah bagi umatnya pada malam kemuliaan ini.

Walau demikian waktu datangnya Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah Swt. Agar umat muslim lebih fokus mengerjakan amalan ibadahnya tanpa terjebak pada sikap mementingkan hari tertentu dan tidak mementingkan hari-hari lainnya. Dengan kata lain umat muslim tidak perlu terlalu berspekulasi dan "overthinking" tentang waktu pasti kedatangan Lailatul Qadar.

Memang ada petunjuk kuat yang menyebut bahwa Lailatul Qadar turun pada tanggal-tanggal ganjil. Yakni tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadan. Banyak pula ulama yang menyebutkan lebih spesifik lagi yakni 7 hari terakhir di bulan Ramadan.

Sedangkan Imam Al Ghazali memiliki kaidah untuk menandai datangnya Lailatul Qadar. Di antaranya jika awal Ramadan jatuh pada Sabtu, maka Lailatul Qadar ada pada malam ke-23. Jika awal Ramadan jatuh oada Minggu atau Rabu, maka Lailatul Qadar ada pada malam ke-29.

Akan tetapi, kapan tepatnya malam kemuliaan itu datang sesungguhnya hanya Allah Swt yang tahu. Inilah keistimewaan lain Lailatul Qadar. Oleh karenanya dalam berburu Lailatul Qadar umat muslim diminta berkonsentrasi dan memperkuat ibadahnya pada semua hari di sepertiga akhir Ramadan.

Satu hal lagi yang sering disalahpahami ialah menganggap Iktikaf di masjid sebagai syarat untuk menjemput Lailatul Qadar. Padahal Lailatul Qadar tidak terikat langsung dengan iktikaf. Tidak mutlak bahwa Lailatul Qadar hanya akan didapatkan oleh mereka yang berada di masjid.

Aktivitas berdiam di masjid memang dianjurkan dengan mempertimbangkan suasana masjid yang kondusif untuk beribadah dan berdoa. Dengan berada di masjid umat Islam diharapkan lebih maksimal dan khusyuk dalam berdzikir, bershalawat, bermuhasabah dan sebagainya.

Namun, bisa jadi kondisi masjid yang terlalu ramai justru mengurangi kekhusyukan. Apalagi di tengah pandemi sekarang. Terlalu banyak orang di masjid, apalagi mengabaikan protokol kesehatan bisa menimbulkan perasaan was-was dan hati yang kurang tenang. Ketidaktenangan bisa memancing sikap terpaksa atau kurang ikhlas dalam beribadah.

Dalam kondisi demikian memaksimalkan ibadah di rumah bisa jadi lebih baik. Berdiam di kamar sambil membaca Alquran, berdzikir, dan bershalawat bisa mendekatkan kita ke Lailatul Qadar. Berdoa dan salat malam di rumah tidak akan menutup kesempatan kita menggapai malam kemuliaan.

Mereka yang tidak bisa berdiam lama di masjid karena kondisi tertentu yang kurang memungkinkan untuk keluar rumah dalam waktu lama juga tidak akan hilang kesempatannya menggapai Lailatul Qadar. Asalkan memaksimalkan ibadah dan amalan kebaikan.

Sebab kunci Lailatul Qadar ialah bagaimana kita menghadirkan kemuliaan malam tersebut dengan penuh keikhlasan lewat ibadah dan amalan-amalan baik.

Sebelum Ramadan berlalu, mari kita berburu Lailatul Qadar dengan meningkatkan kualitas ibadah. Memaksimalkan amalan-amalan baik tidak hanya pada malam-malam ganjil dan tidak harus di masjid. Tidak perlu pula "overthinking" menebak kapan malam istimewa itu datang.

Fokuslah beribadah. Semoga kita termasuk yang mampu menggapai Lailatul Qadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun