Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Jadi "Pejuang Sahur", Amalan yang Jangan Ditinggalkan Meski Tinggal Sendirian

6 April 2022   05:25 Diperbarui: 6 April 2022   19:34 2235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, dengan sahur pada akhir waktu kita biasanya juga akan lebih tertib menunaikan salat subuh. Sebab waktu makan sahur berdekatan dengan waktu salat subuh. Sebaliknya, terlalu sering melewatkan makan sahur menimbulkan perasaan lalai dan menunda waktu sampai akhirnya tak sempat salat subuh.

Selain itu, sahur merupakan bentuk kesiapan dan komitmen kita untuk menjalankan ibadah puasa secara lebih baik. Dengan makan sahur kita memberi bekal energi kepada tubuh agar lebih mampu berpuasa. Sebab setelah niat, kelancaran berpuasa ditentukan oleh kondisi fisik dan kesehatan yang baik.  

Keutamaan lain dari makan sahur sebagai salah satu amalan Ramadan ialah menghindarkan kita dari sikap bermalas-malasan. Termasuk malas atau mengabaikan ibadah-ibadah sunah lainnya.

Sementara semangat menunaikan sahur bisa menular dan memantik semangat-semangat berikutnya untuk mengisi puasa dengan amalan yang lebih banyak. Misalnya, bangun lebih awal menjelang sahur maka kita punya kesempatan untuk salah tahajud lebih dulu.

Dengan berusaha memahami keutamaan sahur seperti di atas, saya menikmati menjadi "pejuang sahur". Tak masalah harus bangun pada sepertiga malam untuk menggoreng telur atau menumis sayur.

Tidak masalah pula meski pengeras suara masjid tidak memberi aba-aba waktu sahur. Lagipula masjid di sini sejak dulu memang tidak menggunakan pengeras suara untuk membangunkan warga sahur. Selain karena banyak warga lansia, tidak sedikit pula warga non muslim sehingga kenyamanan bersama lebih diutamakan.


Itu sebabnya warga sudah terbiasa bangun sahur secara "mandiri". Alias tidak dibangunkan oleh suara toa masjid. Tidak pula oleh suara "marching band" anak-anak dan remaja yang di tempat lain sering berkeliling kampung untuk membangunkan warga menjelang sahur.

Rasanya memang lebih baik demikian. Sehingga orang-orang yang berpuasa belajar lebih berkomitmen dan memperkuat motivasi dari dalam diri sendiri sejak mulai sahur. Tak harus menggantungkan kelancaran ibadah puasa kita kepada orang lain. Sebab kita yang berpuasa dan kita pula yang akan menerima imbalannya nanti.

Menjadi "pejuang sahur" juga berarti merasakan seni menyiapkan makanan sahur sendiri. Oleh karena itu sebaiknya menguasai beberapa resep sederhana selain merebus mie instan dan menyeduh sereal. Menanak nasi, menggoreng telur dan menumis sayur merupakan keterampilan yang sangat mendukung amalan sahur.

Menggoreng telur dadar untuk sahur (dok.pribadi).
Menggoreng telur dadar untuk sahur (dok.pribadi).

Percayalah, sekali berhasil memasak atau menyiapkan sahur sendiri, rasanya puas dan ketagihan. Kita akan semakin bersemangat menantikan sahur-sahur berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun