Sepakbola Italia dan Asean kini mungkin sudah sama selevel. Yakni, sama-sama tidak lolos Piala Dunia. Bedanya, fans Italia tak bisa berkata: "kita balas di Dangdut Academy Eropa!"
Tanyakan kepada fans Italia dan penggemar Serie-A tentang sepakbola negeri pizza. Salah satu kemungkinan jawaban mereka ialah:
"Kami bangga dengan sepakbola kami. Sangat kuat di belakang dan menjanjikan di depan.
Liga kami salah satu yang terbaik di Eropa. Tentu juga di dunia. Pemain-pemain hebat di dunia sebagian bermain di sini. Banyak legenda lahir di Italia.
Banyak orang berkata Brasil terus menerus memproduksi bintang. Tapi faktanya pemain-pemain mereka bermain di stadion-stadion kami. Pelatih-pelatih besar juga sama. Agak sulit menyebut satu demi satu karena terlalu banyak pemain dan pelatih terbaik di Serie-A.
Liga kami konsisten melahirkan talenta-talenta. Mereka memberi kami gelar besar. Saat banyak orang berkata Premier League dan Inggris adalah yang terbaik, kenyataannya pemain-pemain kami yang mengangkat Piala Eropa. Italia mengalahkan mereka semua. Kami bangga dengan sepakbola yang kami mainkan. Sepakbola Italia salah satu yang terbaik di dunia".
Sudah barang tentu kita perlu menghormati pendapat di atas. Italia memang bukan tim sembarangan. Sepakbola mereka punya catatan prestasi istimewa. Liga sepakbolanya pun salah satu yang ditonton oleh banyak penduduk bumi.
Mau dibilang gaya sepakbolanya membosankan, terlalu banyak pemain tua, gaya bertahannya sudah usang, dan lain sebagainya, bukanlah persoalan. Faktanya Italia adalah juara Eropa teranyar.
Namun, alangkah baiknya untuk sementara tidak mengajukan pertanyaan apapun kepada fans Italia. Kita perlu menghargai perasaan mereka sekarang. Paling tidak fans Italia dan Serie-A sedang membutuhkan "healing" saat ini. Mereka perlu menenangkan diri, menyembuhkan luka, dan membesarkan hati untuk menerima kenyataan bahwa juara Eropa ternyata gagal ke Piala Dunia.