Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rumitnya Beli Nasi Uduk Gara-gara Masker

5 Oktober 2021   08:47 Diperbarui: 5 Oktober 2021   08:50 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi uduk (dok.pribadi).

Saya lalu mengulang ucapan. "Bungkus nasi satu, bu". Kali ini suara saya sudah bisa terdengar. Namun, tetap belum sepenuhnya jelas. Sang ibu sedikit mendekatkan kepalanya ke arah saya sambil berkata. "Nopo mas?".

Apakah sang ibu kurang memahami bahasa Indonesia atau kurang jelas mendengar perkataan saya?

Akhirnya saya ulangi lagi kata-kata yang sama. "Mau bungkus nasi satu, bu". Kali ini sambil menunjuk wadah nasi di dekatnya. Saat itulah sang ibu memahami maksud saya. Lumayan lega hati ini. Ibu penjual pun mulai mengambil nasi uduk dan memindahkannya ke kertas minyak.

Saat giliran memilih lauk, kerumitan berlanjut lagi. Kata "telur balado" yang saya ucapkan didengar oleh sang penjual sebagai "terong balado". Malah ia menawarkan yang lain. "Atau sama tongkol, ayam?", begitu katanya.

Saya buru-buru mengklarifikasinya agar ia tak terlanjur menaruh lauk yang keliru ke atas nasi uduk. "Bukan, bu. Sama ini, telur balado", ucap saya lebih keras sambil menunjuk etalase kaca mengarah ke wadah telur balado. Baru sang ibu mengerti bahwa saya menginginkan "telur balado", bukan "terong balado".

Urusan telor bisa diselesaikan. Berikutnya saya putuskan untuk tidak memilih lauk lainnya ketika sang ibu penjual menambahkan bihun, oseng tempe, dan sedikit sayur kangkung. Mungkin itulah lauk standar nasi uduk. Walau sebenarnya saya ingin menambahkan sayur kacang panjang.

Selesai membungkus nasi uduk sang ibu sepertinya sudah menebak isi hati saya. Ia menawarkan gorengan. Saya mengiyakannya dan menyebutkan "pisang gorengnya tiga, Bu". Kali ini tidak ada peristiwa salah dengar. Sang ibu mengambilkan pisang goreng untuk saya. 

Ketika ia hendak memasukkannya ke plastik, buru-buru saya mencegah. "Ke sini saja, Bu", saya menyodorkan kotak makan untuk diisi dengan tiga buah pisang goreng.

Saatnya melakukan pembayaran. Saya bertanya berapa harga yang perlu dibayarkan untuk nasi uduk, aneka lauk, telur balado, dan tiga pisang goreng. 

Mendengar jawaban sang ibu saya segera mengambil uang pas. Selembar uang Rp10.000, tiga lembar Rp.2000, dan satu koin Rp1000. Namun, lucunya sang ibu berkata kalau jumlahnya kelebihan.

"Lho berapa sih, Bu?", tanya saya keheranan. Perasaan tadi sang ibu menyebutkan "tujuh belas ribu". Mestinya uang saya cukup dan tidak kelebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun