Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ojol Jadi "Anak Emas", Kita Jangan Lupa Memperhatikan yang Lain

14 April 2020   10:14 Diperbarui: 15 April 2020   04:01 4745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Wiwin, pedagang kecil yang menjual terang bulan. Di tengah pandemi, ia masih di tempat yang sama pada Selasa (14/4/2020) pagi (dok. pri)

Senang betul Pak De mendapat masker kain dan hand sanitizer pada Senin (13/04/2020) kemarin. Ia memang sedang membutuhkannya.

Pak De merupakan penjual sayur keliling di kompleks kami tinggal. Bersama istrinya, setiap pagi mereka menuntun sepeda tua yang membawa keranjang-keranjang berisi berisi aneka sayuran, bumbu, dan kebutuhan pokok. Tidak terlalu banyak yang dibawa karena mereka sudah berusia lanjut.

Di tengah pandemi Covid-19, Pak De dan istrinya tetap berjualan keliling. Seperti tak ada yang berubah dari rutinitas harian mereka. Baik sebelum dan maupun selama masa pandemi, saya selalu melihat mereka sudah tiba di kompleks kami sekitar pukul 06.00 pagi.

Pak De dan istrinya selalu berhenti di beberapa titik yang sama dan orang-orang sudah tahu di mana saja mereka bisa menemukan Pak De. Kebetulan Pak De selalu berhenti di depan tempat tinggal kami. Jadilah setiap pagi antara pukul 06.30-07.00 sejumlah warga, terutama ibu-ibu berkerumun di depan pagar.

Selagi istrinya melayani pembeli, Pak De biasanya membantu menyirami tanaman-tanaman di depan rumah. Ia juga bersedia dimintai tolong untuk memindahkan pot-pot yang agar berat dari lantai satu ke lantai atas atau sebaliknya. 

Begitulah yang hampir selalu saya saksikan tiap pagi tentang Pak De dan istrinya.

Besar arti keberadaan mereka di masa seperti sekarang. Ketika masyarakat diharuskan menjaga jarak dan menahan diri untuk tak terlalu sering meninggalkan rumah, orang-orang seperti Pak De dan istrinya merelakan diri menjadi perantara dan pengantar kebutuhan masyarakat.

Tentu saja bukan tanpa risiko karena penjual sayur keliling pastilah harus ke pasar terlebih dulu pada pagi buta. Di pasar mereka berhadapan dengan risiko yang tak tampak meski nyata adanya. 

Mungkin sulit bagi mereka untuk menghindari kerumunan di pasar. Besar pula kemungkinan mereka berinteraksi dengan orang-orang yang kesehatannya sama-sama belum bisa dipastikan.

Hanya saja selama pandemi Covid-19 belum pernah saya melihat Pak De mengenakan masker. Padahal masker dibutuhkan dan diwajibkan untuk dikenakan oleh semua orang yang beraktivitas di luar rumah. 

Hanya istrinya yang saya lihat menggunakan masker kain. Namun, setiap hari masker yang digunakannya terlihat sama dan sepertinya belum sempat diganti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun