Empat wajah tegang berhadap-hadapan di Tianhe Gymnasium, Guangzhou, Tiongkok, pada Minggu, 15 Desember 2019.Â
BWF World Tour Finals (WTF) mencapai puncaknya manakala pasangan ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan bertemu dengan Yuta Watanabe dan Hiroyuki Endo.Â
Pasangan negeri samurai ini baru saja menghempaskan Marcus/Kevin dua kali dalam seminggu.Â
Set kedua dalam kedudukan 19-20 saat Yuta mengirim servis ke arah Hendra Setiawan. Shuttlecock meloncat mulus. Kemudian Hendra mengembalikannya dengan sodokan lurus mengarah ke tubuh Endo.Â
Jelas itu adalah pengembalian cerdik karena langsung melahirkan tekanan. Endo tidak punya pilihan selain gerak refleksnya membalikkan shuttlecock menyeberang tinggi.Â
Di seberang Ahsan sudah menunggu. Sekian detik melompat, smash pemain asal Palembang ini membuat Endo harus melentingkan tubuhnya demi bisa menjangkau shuttlecock yang menukik ke sisi kanan.Â
Namun, upaya Endo gagal. Ia jatuh tanpa bisa mengembalikkan shuttlecok. Tianhe pun bersorak tersihir oleh adu kejar-mengejar angka yang baru saya berakhir. Dan, kita tahu akhir manis itu milik Ahsan/Hendra.Â
***
Meraih puncak final tur dunia dengan permainan yang tetap mengagumkan, Ahsan/Hendra menetapkan "superioritas" ganda putra Indonesia pada 2019.Â
Mengapa bisa dikatakan superior? Bukankah turnamen individu BWF tahun ini sebagian besar dimenangi oleh Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya?
Memang benar dalam hal frekuensi naik turun podium, Ahsan/Hendra di bawah Kevin/Marcus. The Daddies "hanya" menyabet empat gelar.Â