Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

[Pemilu 2019] Tragedi Saat Pesta dan Perbaikan Manusia Indonesia

26 April 2019   13:37 Diperbarui: 27 April 2019   03:24 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas KPPS sedang memeriksa surat suara saat penghitungan suara setelah pencoblosan (dok. pri).

Tak ada yang memperkirakan pemilu serentak 2019 akan memunculkan tragedi memilukan seperti ini: akibat kelelahan mengurusi surat suara seorang wanita keguguran sehingga harus kehilangan anak dalam kandungannya, anggota KPPS meninggal dalam tidurnya setelah pulang dari tempat pencoblosan dalam keadaan sangat lelah, dan seorang polisi gugur usai bertugas tak kenal waktu mengawal dan mengamankan pemungutan suara.

Belum ada wabah penyakit misterius di negeri ini yang tercatat dalam beberapa tahun terakhir yang mampu merenggut banyak korban jiwa hanya dalam tempo sepekan. Akan tetapi pemilu serentak 2019 melakukannya. Hingga Kamis (25/4/2019) sebanyak 225 petugas penyelenggara pemilu meninggal dunia dan 1470 orang lainnya yang masih terbaring sakit.

Tentang keterbelahan masyarakat yang begitu dalam, soal lontaran fitnah dan hoaks yang sangat beracun, penggunaan simbol-simbol agama untuk menyebar kebencian, semua itu tidak terlalu mengejutkan lagi. Paling tidak kita sudah ditunjukkan praktik permulaannya pada Pilkada DKI dan oleh karenanya kita sedikit banyak telah memiliki pengalaman subyektif serta kesiapan untuk menghadapinya. 

Namun, bagaimana dengan wafatnya ratusan petugas KPPS dan ditambah belasan aparat keamanan itu? Kita benar-benar tidak pernah membayangkan akan ada ribuan orang yang ambruk saat pemilu.

Antisipasi terburuk kita soal ancaman pada pemilu serentak 2019 adalah kerusuhan dan konflik antar pendukung capres dan caleg. Paling jauh berupa provokasi "people power" dari gerombolan tukang ancam. Sementara akan jatuhnya korban berjumlah ratusan mungkin tidak pernah diperhitungkan secara serius dalam rapat-rapat dan koordinasi manapun selama persiapan pemilu 2019. 


Ini bukan insiden yang kebetulan, melainkan sebuah tragedi. Tak terbantahkan bahwa ini merupakan catatan kelam dari pesta demokrasi kita yang menorehkan kesedihan. Diskursus soal penghematan anggaran pun hampir sama sekali tidak relevan lagi manakala catatan berisi daftar korban disodorkan.

Tanggung Jawab Moral

Fakta bahwa para petugas KPPS mengalami kelelahan yang luar biasa karena bekerja terus menerus harus diakui sebagai kekeliruan besar.

Bahwa pemilu di negara kita merupakan yang paling kompleks dan rumit sejagad telah dimengerti. Akan tetapi manusia bukanlah robot dan pemilu 2019 tanpa diprediksi telah menjadikan para petugas KPPS sebagai mesin. 

Pertanyaannya, siapa yang harus ditempatkan sebagai pihak yang perlu bertanggung jawab atas tragedi ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun