Biasanya dalam sesi konseling ada satu dua orangtua menanyakan perkembangan anak selama di sekolah. Atau minta saran, "Gimana supaya anak saya bisa tidak kecanduan handphone? Lebih menurut sama Mister"Â
Kami biasanya menyampaikan informasi saran praktis sesuai kejadian yang dialami anak di sekolah. Tidak bisa dipungkiri, guru yang tahu perkembangan anak selama proses pembelajaran di sekolah. Informasi dari guru penting supaya orangtua juga mengerti perkembangan maupun kendala yang dialami anak.
Namun, kali ini aku berperan sebagai orangtua dari anakku. Di sekolah play group tempat anakku belajar, ada tiga Miss cantik sebagai wali kelas. Hampir tiap hari mereka secara bergantian memberi informasi atau laporan dokumentasi kegiatan di grup WA.
Tak terasa, separuh semester sudah berjalan. Anakku sudah sekolah beberapa bulan, membentuk ritme baru dalam keluarga kami, khususnya aktivitas istri.
Sekolah yang dinaungi yayasanku bekerja memilik keunggulan: jumlah murid per kelas sedikit, gurunya minimal dua. Jadi guru bisa lebih fokus mengajar dan mencatat perkembangan anak. Gurunya masih muda-muda, energik, adaptif terhadap metode mengajar dan perkembangan pengetahuan. Anak yang sekolah di sini pasti mengalami kemajuan di banyak aspek.
Seperti dialami oleh anakku. Dia sudah bisa memakai dan melepas sepatu sendiri. Sudah tahu lagu Indonesia Raya, dan sikap hormat. Dia sudah bisa berdoa sendiri dalam Bahasa Inggris loh! Bisa menyebut beberapa nama teman dan gurunya. Dia bisa menaruh sepatu dan tas di lokernya. Dia makin percaya diri untuk berbicara, meski kalau pagi-pagi datang di sekolah masih suka ngumpet di belakang mamanya enggan bersalaman. Semua butuh proses.
KEREN sih!
Sebab masih preschool, laporan dari pihak sekolah tidak dalam lembar berisi angka dan paragraf. Melainkan satu lembar A3 berisi aktivitas dan kesepakatan anak selama di sekolah. Isinya terkait sikap disiplin, cara makan, bertanggung jawab terhadap barang probadi dan bersama, mencuci tangan, cara duduk, dan sebagainya.
Guru menampilkan gambar di layar dan versi cetak. Guru bertanya, anak menjawab. Presentasi ala balita lah. Namun, alih-alih berdiri di samping papan, anakku justru meringkuk di tempat favoritnya: di kolong meja. Alamak!
Mulanya malu-malu, namun saat ditanya Miss-nya, anakku mau menjawab. Ia bisa mempresentasikan apa yang dilakukan selama di sekolah.