Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kesenangan, Peringatan, dan Pulang

31 Agustus 2025   00:08 Diperbarui: 31 Agustus 2025   05:53 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rawa Pening, Kecamatan Tuntang, Jawa Tengah | foto: KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA

Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya. (Pengkhotbah 7:2) 

***

Ini adalah kisah sedih. Tapi, mari kita ambil mutiara di baliknya. 

Jika bisa memilih, setiap kita ingin pergi hanya ke tempat pesta, tempat semua orang berbahagia. Tidak dengan rumah duka, dukacita menyelimuti. Tapi, kitab Pengkhotbah justru mengatakan hal sebaliknya. Lebih baik pergi ke rumah duka, sebab di sanalah kesudahan setiap orang.

Suatu hari, di rumah duka. Diceritakan seorang muda punya kesenangan (hobi) memancing. Ia berkata kepada kakak sepupunya--yang juga hobi memancing--untuk pergi memancing ke Rawa Pening. Sang kakak tidak bisa ikut karena harus bekerja. Dia sudah mengingatkan, sebaiknya hari-hari ini tidak memancing, sebab sering datang angin kencang. "Baik," kata adiknya.

Ternyata, kepatuhannya cuma di mulut. Nasihat kakaknya yang lebih berpengalaman itu diacuhkannya. Kakaknya memantau dari story di WhatsApp. Ia juga sudah diingatkan orang rumah supaya memakai pelampung. (Peringatan kedua) Pemuda ini menolak, katanya ia hanya akan memancing di pinggir rawa.

Si pemuda pergi bersama temannya, yang juga lebih berpengalaman seperti kakaknya. Temannya menyarankan agar tidak terlalu ke tengah. Namun, karena tak kunjung mendapat ikan, ia memaksa untuk sedikit ke tengah. Tanpa sadar, ia sudah sangat jauh dari tepi.

Malapetaka pun mengampiri...

Angin bertiup kencang. Perahu yang ia tumpangi oleng. Ia jatuh ke rawa. Panik, tak berpikir untuk berpegang pada perahu agar bisa mengambang di air. "Tolong, aku tak bisa berenang!" ia sempat berteriak.

Temannya, tak jauh darinya mendekat, mencebur ke danau dan segera menolong sang pemuda. Ada nelayan di daerah itu segera datang menolong. Jantungnya dipacu manual untuk mengeluarkan air yang masuk ke paru-paru. Ia pun sempat dilarikan ke Puskesmas terdekat. Tapi nyawanya tak tertolong. Ia pulang ke rumah, tapi hanya raganya.

Kecelakaan di Rawa Pening ini bukan sekali terjadi. Ada pemancing dewasa yang pernah tercebur dan meninggal. Tapi tak ada yang takut atau kapok. Aku tidak ingin menghubungkan hal mistis. Jatuh ke air, tidak bisa berenang. Tenggelam, lalu meninggal. Itu hukum alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun