Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Menangani Murid yang "Berbeda"?

14 Agustus 2025   15:17 Diperbarui: 15 Agustus 2025   22:21 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengajar di kelas | foto: Klaus Vedfelt / Getty Images 

Guru yang cakap tidak memukul rata kemampuan dan pencapaian murid-muridnya.

***

Aku mencintai pekerjaan sebagai guru. Biar tugasnya banyak, beban dan tekanannya berat. Tapi aku bisa bertumbuh bersama murid-murid.

Saat aku mengajarkan suatu materi kepada murid, pada saat yang sama aku belajar dari mereka. Guru zaman now bukanlah makhluk yang mahatahu. Anak-anak, bahkan balita, bisa jadi tahu lebih banyak, lebih dulu, dan lebih cepat dari kita orang dewasa. Maka, tidak dosa jika guru juga belajar dari murid.

Seperti umumnya, satu kelas berisi anak-anak dengan beragam latar belakang, karakter, serta gaya belajar. Itu sebabnya, dalam konsep Kurikulum Merdeka ada konsep pembelajaran berdiferensiasi. Jangan paksakan ikan untuk memanjat pohon, demikian ujar Einstein. Artinya, setiap anak punya kemampuan berbeda, beda pula cara mengajarinya. 

Hari ini, dalam pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5. Aku mengajar tentang kalimat majemuk setara. Kalimat 1 + kalimat 2 = kalimat majemuk setara, begitu kira-kira rumusnya. Anak generasi gadget sangat sulit diminta untuk menulis di buku. Sebab, hari-hari mereka sudah terpapar, bahkan lekat dengan tontonan video di medsos. Mereka jarang memegang pensil/pena untuk menulis. Padahal, menulis tetap diperlukan untuk melatihan keterampilan dan motoriknya.

Meski sulit, aku terus mendorong dan memberi contoh kepada mereka untuk menulis. "Boleh berdiskusi dengan teman ndak, Mister?" tanya seorang murid. "Tentu saja boleh," balasku.

Namun, yang namanya anak, izinnya diskusi dengan teman, faktanya mereka mengobrol dan cekikikan, malah tidak selesai menulis kalimat.

Aku memberi stimulus dengan gambar tokoh terkenal Upin dan Ipin. Hampir semua murid di kelas tahu bahkan hafal alur ceritanya. Sebagian mereka menyatakan fans asli dari Upin dan Ipin. Tapi, ada satu anak yang "berbeda".

Apa yang berbeda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun