Ada orang yang bekerja keras, sampai mati-matian untuk mengumpulkan harta. Kelak, jika ia sudah meninggal, anaknya bisa bahagia, tidak harus menderita sepertinya. Faktanya, alih-alih bahagia, anak-anak justru bermusuhan karena rebutan warisan.
***
Kebanyakan Anda pasti tahu penggalan lagu ini: Apa yang dicari orang... uang. Uang, uang, uang; itu yang dikejar orang.
Uang bukan segala-galanya, tapi banyak hal butuh uang. Uang tidak dibawa mati, tapi kalau tidak punya uang rasanya mau mati.
Begitulah faktanya. Apalagi di negeri Konoha, uang bisa mengendalikan segalanya. Sehingga banyak orang memburu uang, tak peduli jika menginjak-injak etika dan hukum.
Mau menikah butuh uang. Mau melahirkan butuh uang. Mau b*nuh diri juga butuh uang, misal beli baygon atau bahan beracun lainnya. Bahkan ada gereja yang mengajarkan bahwa uang menjadi penentu iman jemaatnya. Kalau tidak kaya, berarti kurang beriman.
Itulah sebabnya, banyak orang bekerja keras sampai mati-matian untuk mencari uang. Apakah ini salah?
Dalam perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh (Lukas 12:13-21), Yesus bersikap seolah-olah anti dengan orang kaya. Seorang diceritakan sangat kaya, sampai lumbungnya tidak sanggup menampung semua hasil tanahnya. Ia bingung mau ditaruh di mana harta bendanya? Ia berniat membongkar gudang, membuat yang lebih besar. Baru merencanakan, besoknya orang ini mati. Berarti Yesus anti orang kaya, bukan?
Tidak. Yesus tidak anti orang kaya. Ia justru bisa berinteraksi dengan semua kalangan, baik miskin atau kaya, pejabat atau rakyat biasa, rohaniwan atau orang berdosa.
Yesus mengajarkan bahwa apa yang kita miliki harusnya bisa dipakai untuk melayani sesama. Apa yang hendak disampaikan Yesus dari perumpamaan ini?
Dalam ayat 15, kita diingatkan supaya berjaga-jaga. Lukas 12:15 (TB) Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
Kita juga harus waspada terhadap ketamakan dalam diri kita. Kata "aku", "ku" yang berorientasi pada diri sendiri, dalam Alkitab TB 2 disebut sebanyak 13 kali. Yesus mengingatkan akan ketamakan dalam diri kita.