Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Mau Masuk Sekolah, Orangtua ikut Resah

2 Juli 2025   18:09 Diperbarui: 3 Juli 2025   14:47 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak mulai masuk sekolah | foto: Getty Images/iStockphoto/ake1150sb

Baru kemarin kami menimangmu, bayi merah imut yang tak berdaya. Kini, tinggal menghitung hari, kau akan masuk sekolah dengan memakai seragam...

Peralihan fase hidup biasanya menjadi sesuatu yang menakutkan sekaligus menantang. Dari kuliah, lalu bekerja. Dari lajang ke pacaran, lalu menikah. Dari berdua, kemudian punya anak. Dari anak masih ditimang, berikutnya akan sekolah.

Anak masuk usia sekolah adalah fase yang menyenangkan bagi anak, namun bisa jadi mendebarkan bagi orangtua. Anak bakalan punya teman baru, guru baru, dan lingkungan belajar lebih luas dan berwarna. Tak hanya dengan mama di rumah sepanjang minggu.

Di sisi lain, emak---khususnya yang anaknya baru satu---bakal resah. Sebab, makin berkurang waktu bersama anak. Sebelumnya, hampir 24 jam x 7 seminggu anak bersamanya. Itu pun bakal berkurang lagi waktunya, karena anak lebih memilih bermain dengan teman-temannya, daripada di rumah atau diajak belanja.

Di hari-hari ini pun, anak sudah enggan pergi bersama kami. Ia lebih memilih menghabiskan waktu di rumah bestie-nya, bisa tiga kali sehari. Pagi, siang, sore. Malam kalau perlu. Melebihi frekuensi orang makan.

Kemarin (Selasa), aku resmi mendaftarkan anak ke sekolah play group yang dinaungi yayasan tempatku bekerja. Gratis SPP untuk anak guru. Namun, uang pendaftaran, perlengkapan, dan seragam tetap harus dibayar. Biayanya lumayan...

Sehari sebelumnya, waktu aku jalan sore bersama istri, kami memastikan hal ini. Masih ada setitik keraguan dalam diri istriku. Akhirnya, kami bulatkan hati untuk anak mulai sekolah.

Pembayaran telah dilakukan. Berkas sudah dilengkapi. Kami terus sounding kepada anak tentang persiapan sekolah ini. Sebagai orangtua, pikiran kami bak adonan semen di truk molen. Merasa belum siap melepas anak ke sekolah, tapi kami tak bisa berlindung dalam kenyamanan.

Pertama, anak kami berlimpah energi dan tipe kinestetik. Anak kami tidak bisa diam, bahkan saat ia tidur. Melompat, berlari, menendang, melempar, memegang semua benda yang menurutnya menarik.

Ia hanya bisa sedikit tenang saat sakit demam. Tidak banyak gerak berarti aman dari risiko cedera. Tapi kalau diamnya karena sakit, kami justru kasihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun