Cerita 2 - Seorang istri telah menjanda, suaminya meninggal bertahun-tahun lalu. Tiga anaknya sudah berkeluarga sendiri dan memiliki anak masing-masing. Ketiganya juga tinggal di luar rumah, malah ada yang di luar kota.
Rumahnya sudah direnovasi sedemikian rupa sehingga menjadi lebih rapi. Tak begitu mewah, namun jelas tertata dan dirawat.
Tak tega melihat ibunya tinggal sendirian di rumah berukuran sedang, nampaknya anak-anak mengizinkan ibunya menikah lagi. Biar ada teman buat ibunya di rumah.
Lebaran menjadi momen paling dinanti sang ibu. Anak-anaknya datang beserta para cucu. Ibu ini kesehariannya berjualan jajanan pasar di tepi jalan dekat rumahnya. Seminggu menjelang lebaran, ia tak lagi berjualan.
Membersihkan kamar-kamar yang tak dipakai, mengganti sprei, supaya siap dipakai anak cucu pun sudah capek, ujarnya.
Para cucu yang datang bermain membuat mainan dan barang-barang berantakan. Harus dirapikan lagi, berantakan lagi. Capek, tapi senang dengan kehadiran para cucu.
***
Apa perbedaan dari cerita 1 dan cerita 2? Pembaca jelas paham, bukan soal perabot mewah di dalamnya. Bukan soal mewah atau tidaknya suatu rumah. Melainkan bagaimana rumah itu dikelola, dan kehadiran anak serta cucu yang bakal membuat rumah lebih hidup.
Rumah mewah atau tidak, jika hanya ditinggali berdua pasti terasa sepi (apalagi jika sendirian). Kehadiran anaklah yang membuat perbedaan. Syukurnya, dalam kedua cerita di atas anak-anaknya tetap mau datang, entah setiap minggu atau di momen lebaran setahun sekali.
Semoga kehadiran pasangan, anak serta para cucu menbuat rumah kita menjadi nyaman dan selalu bersyukur ya. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H. Mohon maaf lahir dan batin. --KRAISWANÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI