Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berkata "No", Why Not?

28 Februari 2025   14:17 Diperbarui: 28 Februari 2025   20:41 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berkata "Tidak" | foto: Shutterstock via  kumparan.com

Ada orang yang menyibukkan diri supaya kelihatan bekerja. Atau, supaya eksis di masyarakat maupun di media sosial. Namun, apakah menyibukkan diri menyehatkan?

***

Di zaman yang serba sibuk ini, banyak dari kita terjebak dalam lingkaran kesibukan yang tiada habisnya. Selain pekerjaan utama, ada pula tawaran untuk melayani di komunitas, masyarakat, bahkan gereja. Tawaran-tawaran ini sering kali datang secara halus dan dengan niat baik, tetapi tidak jarang kita menerima semua tanpa berpikir panjang. Mengapa? Karena merasa tidak enak hati jika menolak.  

Namun, ketika semua permintaan kita iyakan, ujung-ujungnya kita sendiri yang kewalahan dan kelelahan. Bukannya memberi dampak positif, malah justru kehilangan semangat, energi, bahkan waktu yang berharga. Oleh karena itu, belajar berkata "tidak" adalah langkah penting dalam mengelola kesibukan secara bijak.  

1) Jangan Sungkan

Salah satu alasan mengapa kita sulit berkata "tidak" adalah rasa sungkan. Kita khawatir dianggap tidak peduli, tidak setia, atau tidak memiliki semangat untuk membantu sesama. Padahal, menolak bukan berarti kita tidak peduli. Justru, dengan memahami kapasitas diri, kita bisa memberikan bantuan yang lebih berkualitas daripada sekadar menyanggupi tanpa kesiapan yang matang.

Kita perlu menyadari bahwa setiap orang memiliki batasnya. Kita bukan malaikat yang memiliki energi tak terbatas. Jika kita menerima terlalu banyak tanggung jawab, kita justru bisa kehilangan fokus dan efektivitas dalam menjalankan tugas-tugas yang utama. Tidak perlu merasa bersalah untuk menolak sesuatu yang di luar kemampuan atau kapasitas kita.  

2) Berani Menolak

Berkata "tidak" memang tidak mudah, tetapi ini adalah keterampilan yang perlu kita latih. Ada cara-cara sopan dan bijaksana untuk menolak tanpa menyinggung perasaan orang lain. Misalnya, jika seseorang meminta kita bergabung dalam suatu kegiatan atau kepanitiaan, kita bisa berkata:  

"Terima kasih atas undangannya. Saya sangat menghargai kesempatan ini, tetapi saat ini saya sedang fokus pada beberapa tanggung jawab lain, jadi saya belum bisa berpartisipasi."

Atau jika kita merasa keberatan, kita bisa menawarkan solusi, misalnya:  

"Saat ini saya belum bisa membantu, tapi saya bisa merekomendasikan seseorang yang mungkin bisa menggantikan saya."

Dengan demikian, kita tetap menunjukkan kepedulian tanpa harus mengorbankan diri sendiri. Menolak bukan berarti menutup pintu selamanya, tetapi memberi ruang bagi diri kita untuk tetap sehat, produktif, dan bahagia.  

3) Prioritas pada Keluarga

Dalam kesibukan mengurus pekerjaan dan komunitas, sering kali keluarga menjadi pihak yang paling dirugikan. Kita terlalu sibuk membantu orang lain, tetapi lupa meluangkan waktu berkualitas untuk orang-orang terkasih (pasangan dan anak). Jangan sampai kita menjadi orang yang sukses di luar, tetapi gagal di dalam rumah sendiri.  

Menyisihkan waktu untuk keluarga bukanlah egois, melainkan bentuk tanggung jawab. Keluarga adalah tempat kita bertumbuh, berbagi kasih, dan mendapatkan dukungan emosional. Jika kita terlalu sibuk di luar, kita bisa kehilangan momen-momen berharga bersama mereka.  

Menjadikan keluarga sebagai prioritas berarti kita harus belajar memilih. Jika ada kegiatan yang menyita terlalu banyak waktu dan tenaga serta membuat kita jauh dari keluarga, mungkin sudah saatnya untuk mempertimbangkan ulang apakah kegiatan itu benar-benar perlu diambil.  

Kesimpulan

Mengelola kesibukan dengan bijak adalah keterampilan yang harus kita pelajari. Jangan sungkan untuk mempertimbangkan kembali setiap tawaran yang datang. Berani berkata "tidak" bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kesadaran diri yang sehat. Dan yang terpenting, jangan biarkan kesibukan membuat kita mengabaikan keluarga, karena merekalah yang akan selalu ada untuk kita.  

Jadi, mulai sekarang, jika suatu tawaran datang dan kita merasa sudah terlalu banyak beban, jangan ragu untuk berkata: "No", why not? --KRAISWAN 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun