"Tempalah Besi Selagi Masih Panas"Â
Petuah itu cocok diterapkan dalam pola pengasuhan anak. Yang kalau diterjemahkan, artinya kira-kira: Didiklah anak selagi masih bisa dididik. Nikmatilah waktu bersama anak selagi ada kesempatan.
Menikmati waktu bersama anak, itu yang ingin aku bahas di sini. Mengantar dan mendampingi anak ke Sekolah Minggu, menemani bermain di rumah, melihat alat berat bekerja, melihat hewan, trekking ke air terjun, dan camping di belakang rumah contohnya.
Camping menjadi bagian dari kegiatan Pramuka di sekolah. Namun, tidak semua sekolah menerapkan kegiatan kemah. Agar anak kami bisa mendapat pengalaman dan keterampilan bertahan hidup melalui camping, kami yang mengajarkannya.
Camping di belakang rumah, apa enaknya?
"Di belakang rumah" ini hanya istilah, bukan harafiah. Aku menyebut begitu karena saking dekatnya dengan rumah kami. Bukan hanya enak, camping di belakang rumah bisa menjadi seru dan menyenangkan.
1) Di luar, tapi dekat dari rumah
Tidur di luar rumah menjadi menyenangkan di satu sisi, sekaligus menantang di sisi lain. Sebab, tidak semua orang bisa tidur di tempat asing.
Rumah kami jauh dari mewah, tapi nyaman untuk ditinggali. Tidur di luar rumah memberi pengalaman berkesan buat anak, melihat langit malam salah satunya.