Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ini Alasan BBM di Indonesia Akan Terus Naik

13 September 2022   16:03 Diperbarui: 13 September 2022   16:05 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kilang minyak Jamnagar Refinery di India | foto: thehindu.com

Kenaikan harga BBM adalah peristiwa musiman, biasanya diikuti demo buruh dan mahasiswa. Mereka yang suka demo ini membawa-bawa nasib rakyat kecil, padahal nasib rakyat tidak juga berubah, tetap saja kecil.

Dalam artikelku sebelumnya, aku menyoroti Indonesia sebagai pasar empuk produk teknologi dan alat transportasi. Makin banyak tangki, makin banyak BBM yang dibutuhkan. Sedang biaya pengolahannya mahal, agar terbeli oleh rakyat dan roda perekonomian terus berputar, pemerintah memberi subsidi. Lama-kelamaan, pemerintah merasa "sesak nafas".

Kenapa Indonesia yang kaya sumber daya alam masih mengimpor BBM dari luar negeri?

Pertama, ini penyakit lama sejak pemerintahan Soeharto sampai SBY yang malas membangun teknologi pengolahan minyak mentah. Kita punya minyak mentahnya. Tapi untuk menjadi Pertalite, Pertamax dan lain-lain, minyak mentah harus diproses dengan teknologi. Tidak bisa langsung masuk ke tangki kendaraan.

Kita tidak punya teknologi pengolahan minyak mentah dan tidak pernah diusahakan untuk dibangun pemerintah sebelumnya. Kita harus mengekspor minyak mentah ke Singapura. Mereka punya teknologinya meski tidak punya minyak mentahnya. Akhirnya kita bergantung pada teknologi milik Singapura.

Seandainya sejak zaman Soeharto kita fokus membangun teknologi pengolahan minyak mentah, kita bisa mengatur sendiri harga minyak. Tapi jika demikian, kita tidak akan mengenal slogan "Penak zamanku to?". Masyarakat takkan lupa saat Soeharto menggulung IPTN yang diprakarsai oleh Habibie demi Indonesia bisa membuat pesawat terbang sendiri.

Masalah lainnya, dari dulu para penjabat kita suka dapat komisi dari impor-impor. Menjadi alasan kuat, untuk tidak pernah membangun teknologi pengolahan minyak mentah.

Kedua, cadangan minyak mentah kita makin lama semakin menyusut. Minyak mentah dihasilkan dari fosil (sisa makhluk hidup yang telah mati jutaan tahun lamanya), bukan energi yang terbarukan, sehingga suatu saat akan habis. Semakin sedikit cadangan minyak kita, harganya makin mahal.

Sudah cadangan minyaknya sedikit, permintaannya semakin banyak karena jumlah kendaraan di seluruh dunia terus bertambah. Pemerintah melakukan subsidi supaya rakyat tetap bisa menikmati minyak murah. Subsidi ini yang semakin lama makin berat. Setiap tahun triliunan uang dibakar untuk subsidi minyak.

Zaman Presiden SBY misalnya, pemerintah harus membakar uang lewat subsidi BBM sebesar Rp1.300 triliun selama 10 tahun pemerintahannya. SERIBU TIGA RATUS TRILIUN! Bayangkan, kita bisa membangun banyak hal dengan uang sebanyak itu tanpa utang. Jalan tol, teknologi nuklir dan tentu saja pengolah minyak mentah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun