Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tebar Semangat di Medsos? Boleh, tapi Harus Pintar!

30 Oktober 2021   14:12 Diperbarui: 2 November 2021   05:30 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menggunakan media sosial untuk menyebarkan kabar baik. (sumber: unsplash.com/@robin_rednine)

Beberapa hari dalam minggu ini, tiap berangkat bekerja aku melihat polisi lebih banyak dari biasanya di tepi jalan. Mereka berjaga di pertigaan dan depan sekolah untuk menyeberangkan pengemudi maupun pejalan kaki. Tumben. Mungkin imbas dari kritikan di media sosial.

Sejak hashtag #percumalaporpolisi trending di medsos, pihak kepolisian jadi viral. Namun, viral yang negatif. Aparat kepolisian dikabarkan tidak melayani rakyat dengan baik. Pelopor hashtag ini anak muda (generasi milenial), kelompok usia yang dominan di medsos.

Medsos di tangan milenial berarti dunia dalam genggaman. Konten foto, video, berita, game, e-commerce, tren sampai gosip; menjadi 'santapan' wajib sehari-hari. Ibaratnya, milenial tak eksis tanpa medsos. Sebab dengan aktif di medsos, mereka kian tenar.

Dari aktivitas di medsos ini, ada yang baik dan buruk, yang setuju dan menolak. Yang jadi pembeda, value (nilai) apa yang kita perjuangkan di medsos. Narsisme, keadilan bersama, kepedulian, hedonisme, keyakinan pada paham/dogma tertentu, kegaguman pada idola, atau sekedar mengekor.

Bagi milenial, medsos bisa jadi ajang promosi, apresiasi bagi pemilik jiwa pahlawan, serta kritik akan hedonisme, ketidakadilan atau penyelewengan. Tak seperti generasi pendahulunya yang mengkritik lewat gerakan masa atau baliho-baliho besar, milenial adalah kaum efisien. Kritikan mereka lembut tapi masif, melalui genggamannya.

Banyak buktinya, dengan kritik di medsos, baru dilakukan pembenahan-pembenahan.

Milenial---generasi yang paling cepat mempelajari hal baru---adalah kekuatan yang besar, tapi juga rapuh. Sayangnya, potensi mereka bisa disalahgunakan untuk kepentingan diri/ kelompok tertentu. Ini jadi berbahaya jika mereka terlibat dalam ujaran kebencian dan penyebaran berita palsu.

Sebagai manusia yang berakal budi, apalagi bangsa yang terkenal budaya ramah dan santun, kita---mewakili milenial---harusnya aktif di medsos, tapi juga harus pintar. Semua boleh diunggah di medsos, benar. Tapi tidak semua berguna.

Ingat, medsosmu harimaumu. Apa yang kita tulis, komentari atau unggah di media sosial bisa jadi seperti harimau liar yang berpotensi melukai orang lain, bahkan bumerang bagi diri. Jangan sampai predikat "warganet paling tidak sopan di Asia Tenggara" kita pertahankan.

93 tahun lalu, para pemuda dari berbagai latar belakang bersatu untuk merangkul keberagaman bangsa dalam momen Sumpah Pemuda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun