Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bukan Asam Urat, Diduga Aku Mengalami DVT

5 Agustus 2021   10:04 Diperbarui: 5 Agustus 2021   12:14 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi DVT | sumber: alodokter.com, olah gambar: KRAISWAN

Saat kuceritakan kronologi kesakitan yang aku alami, dibalas sinis oleh bapaknya. "Terus...?", sambil menatapku seolah mengajak berantem. Alamak! Kuyakin, aslinya bapaknya baik. Perkara wajahnya ketus, kalau sudah bawaan, apa mau dikata.

Pendaftaran selesai, aku duduk di kursi, menunggu dipanggil. "Bapak Kris Wantoro, silahkan masuk ruang periksa", kata pengeras suara. Ada setetes keraguan saat menuju ruang periksa. Seperti apa sosok di balik pintu? Apakah ketus juga seperti bapak di meja pendaftaran?

"Perawat", begitu tulisan di sudut meja. Aku di-screening ulang, lalu dicek tensi. Normal. Aku diminta lanjut ke ruang sebelah, menghadap dokter. Aku mengafirmasi informasi yang tadi kuberikan pada bapak di pendaftaran dan perawat. Dengan APD lengkap dokter mendekatiku, lalu dengan senter kecilnya disorotnya benjolan di tangan kiriku, dan disentuhnya. Kutunjukkan juga titik nyeri di tangan dan kaki.

Benjolan di tangan kiri | dokumentasi pribadi
Benjolan di tangan kiri | dokumentasi pribadi

Gejala ini biasa terjadi pada orang yang pernah terpapar Covid-19. Aku pernah terpapar, dan sudah negatif sejak 3 Juli, sebulan lebih. Aneh, kenapa baru mengalami sekarang? "Reaksi tubuh yang berlebihan dalam melawan virus", jelas dokter. Tapi, banyak kemungkinan penyebabnya. Kulitku yang kotor atau alergi, atau bisa juga dipicu oleh jeroan tadi. Soalnya ini masih penyakit di bagian luar, lanjut dokter.

Baca juga: Pergi-Pulang Lancar Naik Kereta tapi Positif Covid, Kok Bisa?

Solusi dari dokter, aku akan diberi obat anti radang dan anti nyeri. Diminum dulu, setelahnya dievaluasi. Dengan sepucuk resep aku mengantri di apotek klinik. Menunggu sekitar tiga menit, aku terima obat. Bermerek Licodexon 0,5 dan Renadinac 50, jenis generik, dosis dua kali sehari setelah makan, untuk dikonsumsi tiga hari.

Sampai di rumah, setelah makan siang aku segera minum obatnya. Sorenya reda. Bahkan hilang sama sekali. Begitu saja. Ketakutanku tak berguna sama sekali. Meski hari keempat nyerinya sempat timbul, tapi tidak separah sebelumya. Aku habiskan obatnya agar tuntas.

Mengintip obrolan dr. Tirta dengan salah satu pasiennya, jika timbul gejala seperti kualami, baiknya periksa ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat. Pasca sembuh dari Covid-19, kaki kiri pasiennya bengkak dan sakit buat jalan. Disarankan si pasien melakukan cek D-dimer dan hasilnya 8.000 ng/ml, normalnya 500 ng/ml. 15x lebih tinggi dari normal. (Instagram/dr.Tirta) Wow!

D-dimer merupakan fragmen protein yang mampu memproses pembekuan darah. Proses ini dibutuhkan saat tubuh kita mengalami luka supaya darahnya berhenti menetes. Sederhananya, dijelaskan dr. Astrid Wulan, D-dimer adalah parameter pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui ada atau tidaknya penggumpalan di dalam darah. (klikdokter.com)

Sejauh ini banyak pasien Covid-19 yang masuk rumah sakit dengan kadar D-dimer tinggi. Jika demikian, bisa meningkatkan risiko kematian. Semakin tinggi kadarnya, makin besar risiko pasien mengalami penyumbatan akibat penggumpalan darah. Jika darah menggumpal, menyebabkan emboli paru. Yakni penyumbatan pembuluh darah di paru-paru. Penderita dengan emboli paru akan mengalami nyeri dada dan sesak nafas yang muncul mendadak. Paham?!---quote dr. Tirta

Aku sendiri tidak melakukan tes, karena gejalanya reda setelah minum obat. Salam sehat! --KRAISWAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun