Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Begini Sepak Terjang Kami Memulai Tahun Ajaran 2020

18 Juli 2020   19:54 Diperbarui: 18 Juli 2020   19:43 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar dari rumah, foto: dw.com

Seminggu sudah pembelajaran di tahun ajaran baru 2020 dilewati. Untuk pertama kali dalam peradaban manusia, pembelajaran daring (dalam jaringan).

Lebih kurang tiga pekan setelah penerimaan rapor---pendistribusiannya secara elektronik---kami mengadakan raker. Evaluasi program tahun lalu. Merancang program mendatang beserta penanggung jawabnya. Berikutnya, model bagaimana pembelajaran di masa kewajaran baru?

Sesuai protokol kesehatan, Salatiga belum direstui melakukan PTM (Pembelajaran Tatap Muka).  Sistem daring pun niscaya. Kami menimbang-nimbang aplikasi yang cocok dengan ciri khas kami untuk disuguhkan kepada para murid. Yang memadahi, aman, dan mudah digunakan. Kalau bisa yang gratis. Google Classroom, Zoom, atau Office 365.

Ditetapkan memakai aplikasi Google Meet, yang konon lebih aman dibanding Zoom. Dua minggu kami harus "kuliah". Meski mayoritas kami sarjana muda, tetap terseok-seok dibuatnya. Soalnya tak ada keharusan memakai aplikasi sebelumnya.

Sebagai prasyarat, pengadaan kelas virtual dibutuhkan akun email khusus guru dan murid. Diurus staf IT. Dalam pengaturan akun guru, dimasukkan daftar email siswa sebagai undangan. Inilah mengapa Google Meet lebih aman. Hanya akun siswa yang didaftarkan yang bisa bergabung dalam kelas.

"Kuliah daring" kami diampu "dosen" ahli komputer yang lebih mahir dunia per-Google Classroom-an. Untuk efektivitas, setiap kantor guru menyimak materi dari proyektor LCD. Macam nobar gitu. Dua hari berguru, hasilnya: NOTHING.

Jaringan wifi di kantor kami labil. Timbul tenggelam hobinya. Dengan satu komputer mengakses video streaming saja lelet, berapa kali putus. Lha bagaimana kalau tiap guru streaming...?

Memakai teknologi adalah sia-sia tanpa praktik. Dirasa ilmu sang "dosen" ketinggian untuk kami cerna, waka kurikulum menyingsingkan lengan mengajari kami. Dengan sabar, sang waka memandu melalui grup WA, menunjukkan foto tampilan komputernya. Kok lebih mudeng diajari waka, ya...

Tiap guru membuat "ruang kelas". Akun siswa dimasukkan dalam daftar undangan. Materi disusun tiap tema, masing-masing bisa disisipi berupa dokumen, video atau tautan. Jadwal diletakkan di Google Calendar. Begitu siswa membuka email, mereka bisa mengakses kelas virtual dan jumpa guru via Google Meet. Gampang kan? Padahal, praktiknya diwarnai keluhan.

Tampilan Classroom di akun siswa | tangkapan layar, dokpri
Tampilan Classroom di akun siswa | tangkapan layar, dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun