Mohon tunggu...
wandi ruswandi
wandi ruswandi Mohon Tunggu... Nitizen Jurnalis

melakukan kegiatan jurnalistik secara aktif , seperti mengumpulkan, melaporkan, menganalisis, dan menyebarluaskan berita dan informasi kepada publik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Balik ke Rumah Sakit"

7 Agustus 2025   19:47 Diperbarui: 7 Agustus 2025   19:47 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar :WRPutra dwi romadon di RS. BAKTI HUSADA PURWAKARTA

Hari itu, matahari belum sepenuhnya meninggi di langit ketika Putra Dwi Ramadhan kembali ke lorong rumah sakit. Baru saja pulang dari RSUD Kabupaten Subang kemarin, kini dia harus kembali ke UGD, kali ini di RS. Bakti Husada. Apa yang terjadi? Apakah ada yang tidak beres dengan kondisinya?

Putra tampak lemah saat diantar ke ruang UGD. Dia masih memikirkan perjalanan pulang dari Subang kemarin, bagaimana dia merasa sedikit lebih baik, tapi kini harus kembali menghadapi lorong-lorong rumah sakit. Mengapa harus seperti ini? Dalam waktu kurang dari sehari, langkahnya kembali diarahkan ke tempat yang sama, tempat di mana harapan untuk sembuh selalu bergelut dengan ketidakpastian.

Di ruang UGD RS. Bakti Husada, dia ditemani oleh orang-orang yang peduli. Mereka mencoba menghibur, menanyakan apa yang terjadi, tapi Putra hanya bisa menjawab dengan bisikan lemah. "Tidak tahu... baru pulang... kok harus kembali." Matanya memandang kosong ke dinding rumah sakit, tempat di mana banyak cerita tentang kesembuhan dan kekhawatiran terjadi.

Dokter dan perawat mulai bergerak cepat, memeriksa kondisi Putra dengan saksama. "Kita perlu pantau lebih dekat," kata salah satu dari mereka. Putra hanya mengangguk pelan, tubuhnya diselimuti selimut rumah sakit, sementara pikirannya melayang kembali ke hari-hari di Subang.

Di balik dinding rumah sakit yang dingin, ada doa-doa yang mengiring. Untuk kesembuhan Putra, untuk pulihnya kondisi, untuk hari yang lebih terang. Malam mulai turun, dan di ruang UGD yang sunyi, hanya suara alat medis dan napas lembut Putra yang terdengar.

Sampai kapan dia harus bolak-balik rumah sakit? Apakah ini ujian kesabaran, ataukah ada yang lain yang  tak terlihat? Di tengah sunyi malam, hanya harapan yang menemaninya, harapan untuk segera pulih dan meninggalkan lorong-lorong ini.

Apakah nanti dia bisa ceritakan ini semua? Atau apakah ini hanya satu dari sekian banyak cerita rumah sakit yang tak pernah selesai?

Tamat.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun