Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengapa Harmoko Begitu Istimewa bagi Soeharto?

7 Juli 2021   07:10 Diperbarui: 8 Juli 2021   02:06 4726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu diingat, "koran kuning" ini didirikan oleh Harmoko saat ia telah menjadi tim media massa dari sebuah partai politik, yaitu Golongan Karya.

Dalam dunia politik, jurnalisme yang berisi sensasi ini biasa digunakan sebagai alat "pengalihan isu".

Taktik pengalihan isu dalam dunia politik, sudah dikenal sejak zaman Romawi kuno. Penyair Romawi, bernama Juvenal menyebut taktik ini dengan istilah "panem et circenses".

Arti "panem et circenses" adalah "roti dan permainan". Roti dan permainan ini adalah simbolisasi dari "kesenangan, hiburan, entertainment".

Taktik berikanlah "roti dan hiburan" (kesenangan) pada rakyat, diterapkan oleh Julius Caesar dalam pemerintahannya. Jika rakyat memperoleh hiburan, diharapkan rakyat bisa menjadi senang dan tenang. 

Perhatian mereka dialihkan pada hiburan itu, sementara diam-diam pemerintah terus menancapkan kekuasaannya agar semakin kuat. Ini sekaligus untuk meredam gejolak yang mungkin timbul akibat kebijakan politik. 

Dengan melahap berita-berita sensasi setiap hari, rakyat melupakan isu-isu substantif dalam kehidupan bernegara. Orang hanya melihat masalah-masalah yang dangkal, masalah di permukaan saja. Ini membuat rakyat terbiasa untuk kurang kritis dalam menilai isu nasional yang lebih mendalam dan krusial.

Bagaimanapun, harus diakui, Harmoko juga menggagas kegiatan yang tetap dikenang dan banyak dipuji, yaitu terbentuknya Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa).

Tentu saja jurnalisme tidak berarti harus berkaitan dengan hal-hal yang mengernyitkan dahi. Fungsi pers selain sebagai sarana edukasi, juga sebagai sarana menghibur, tanpa perlu menimbulkan dampak kedangkalan berpikir bagi pembacanya.***

(Copyright@Penulis: Walentina Waluyanti): Dilarang plagiat, memuat, menyalin tulisan tanpa izin dan tanpa mencantumkan nama penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun