Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Inilah Pentingnya Membangun Personal Branding dengan Kejujuran dan Ketulusan

19 Juni 2021   10:29 Diperbarui: 22 Juni 2021   03:35 1727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Quote tentang integritas dalam personal branding. (Sumber: All Things IC)

Di antaranya pendapat Eitan Chitayat, brand builder, CEO dan founder dari International agency (Natie Branding Age), dikutip dari sumber ini:

"Orang menghargai integritas. Mereka bisa merasakan ketika Anda tidak tulus. Itu sifat manusia. Begitulah adanya, dan akan selalu seperti itu. Akhirnya, orang-orang mengetahuinya. Jadi, adalah ide yang baik untuk berbicara dan bertindak dengan integritas. Ini tak lekang oleh waktu. Integritas meresap ke dalam segalanya: nada , salinan dan pesan Anda, situs Anda, cara Anda berbicara dengan orang, dan cara Anda memperlakukan karyawan."

Jika kalimat di atas disimak, maka integritas adalah sesuatu yang tidak dibuat-buat, tampil secara natural. Ini akan mempengaruhi mimik dan cara berbicara. Ekspresi ini bisa dirasakan oleh orang lain.

Seorang yang berhasil membangun personal branding karena kejujuran dan integritasnya, tidak harus seseorang dengan profesi hebat.

Contohnya seorang TKW, bekerja sebagai ART, vlogger, yang memang aslinya berbicara dengan logat ngapak, mengemukakan dengan jujur pendapatnya sendiri yang sederhana. Dengan logat ngapak, ia menceritakan ibunya yang petani, selalu menasihati untuk selalu jujur di manapun berada.

Orang bisa merasakan kejujurannya dalam berbicara. Kejujurannya sebagai perempuan desa, adalah keotentikannya. Mungkin saja orang seperti ini tak pernah belajar bagaimana cara membangun personal branding. Tapi secara alamiah, ia telah membangun personal brandingnya sendiri. Pengunjungnya ratusan ribu, berdatangan dengan sendirinya.

Sebaliknya orang yang mau meniru-niru menjadi lucu dengan bergaya ngapak, padahal aslinya tidak ngapak, malah membuat leluconnya menjadi hambar. Orang bisa merasakan sesuatu yang dipresentasikan dengan kepalsuan. Dan orang akan menjauhi sesuatu yang palsu.

Mungkinkah Membangun Personal Branding Tanpa Integritas?

Jawabannya mungkin saja, tapi bukan jawabannya yang penting. Yang lebih penting adalah pertanyaan lanjutannya. Kalau membangun personal branding tanpa integritas, siapkah kita dengan dampak yang akan terjadi?

Tanpa integritas, tanpa kejujuran, orang dengan mudah menyebarkan hoaks, memberi informasi menyesatkan, karya plagiat, bahkan menyebarkan fitnah.

Tanpa ketulusan, orang sulit berkomitmen untuk menyebarkan nilai kebaikan. Dan tidak lagi punya kepekaan untuk memberikan sesuatu yang otentik. Ini akhirnya mempengaruhi penerimaan orang terhadap personal branding yang dibangun.

"Jika kita berbicara tentang personal branding atau merek perusahaan, orang dapat mencium sesuatu yang tidak otentik dari jarak satu mil. Dan sebagaimana sesuatu yang bau, orang akan berusaha menghindari Anda", kata Eitan Chitayat, brand builder, CEO dan founder dari International agency (Natie Branding Age) seperi dilansir dari sumber ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun