Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Buddha Mania di Belanda

15 Mei 2021   11:04 Diperbarui: 19 Mei 2021   14:13 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Patung Buddha dijual di toko tanaman di Belanda-dokpri

Orang gila itu berlari-lari di pasar dan berseru-seru, "Tuhan sudah mati! Tuhan tetap mati!" Ini ditulis oleh Nietzsche dalam novel filsafat, Also sprach Zarathustra, yang dipublikasikan tahun 1883-1885.  Friedrich Wilhelm Nietzsche adalah seorang filsuf dari Jerman. Ia juga adalah seorang penyair, kritikus budaya, penyair dan komposer.

Banyak menggunakan gaya bersyair dan metafora, itulah gaya Nietzsche dalam menyampaikan pandangan filsafatnya. Memang  ia juga seorang penyair.

Ia menggunakan metafora "Tuhan sudah mati", bukan secara jasmaniah, untuk mengemukakan bahwa "Gagasan tentang Tuhan tidak lagi mampu untuk berperan sebagai sumber dari semua aturan moral atau teleologi." (Sumber di sini).

Fenomena timbulnya ketidakpercayaan pada tatanan Ilahi, digambarkan oleh Nietzsche pada abad ke-19, dan kondisi ini tetap aktual hingga kini. Setidaknya begitulah kondisi di Belanda, tempat saya tinggal.

Tidak religius. Begitulah mayoritas penduduk Belanda kini. Ini bukan dugaan tanpa data. Berdasarkan data statistik yang diadakan oleh CBS (Biro statistik Belanda), lebih dari separuh masyarakat Belanda, tidak religius. (Klik sumber). 

Foto: Suasana di kota Almere Belanda-dokpri
Foto: Suasana di kota Almere Belanda-dokpri
Kalau kita bertanya pada orang Belanda, "Apakah Anda percaya Tuhan itu ada?" Maka umumnya mereka akan menjawab, "Tidak. Tapi saya percaya pasti ada sesuatu di luar sana."

"Pasti ada sesuatu!" Jawaban "sesuatu" harus digarisbawahi pada jawaban di atas, hal ini yang membuat umumnya masyarakat Belanda dikelompokkan sebagai penganut ietsisme. Apa itu ietsisme?

Fenomena ietsisme di Belanda

"Saya tidak percaya Tuhan. Tapi pasti ada SESUATU!", kata orang Belanda. Kata "sesuatu" dalam bahasa Belanda artinya iets. Dari kata iets inilah, lahir istilah ietsisme. Dalam bahasa Inggris disebut somethingism. Dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai "Sesuatuisme".

Ietsisme adalah istilah umum untuk berbagai kepercayaan di mana orang berasumsi bahwa ada "sesuatu" antara langit dan bumi, tanpa perlu menganut agama tertentu. (Klik sumber). Fenomena ietsisme yang menghinggapi masyarakat Belanda ini bahkan diibaratkan sebagai epidemi nasional. 

Sekilas, masyarakat Belanda yang umumnya tak lagi percaya pada Tuhan tampak mirip dengan agnostik. Tapi ietsisme tidak sama dengan agnostisisme. Agnotisisme benar-benar jelas menyatakan tidak tahu atau tidak dapat diketahui apakah Tuhan itu ada atau tidak ada. Sedangkan ietsisme sifatnya lebih positif, karena "Masih ada begitu banyak hal daripada yang dapat kita ketahui." (Klik sumber). 

Artinya orang Belanda meskipun umumnya tak percaya pada Tuhan, tapi masih menyisakan ruang untuk mengakui bahwa bisa saja ada begitu banyak hal "di antara langit dan bumi" lebih dari yang mereka ketahui, dan hal yang mereka tidak ketahui itulah yang mereka sebut sebagai "sesuatu". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun