Mohon tunggu...
Moh Wahyu Syafiul Mubarok
Moh Wahyu Syafiul Mubarok Mohon Tunggu... Part time writer, full time dreamer

No Sacrifices No Victories

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyongsong Indonesia Emas 2045: Dari Bonus Demografi Menuju Bonus Ekologi dan Digital

25 September 2025   18:04 Diperbarui: 25 September 2025   18:04 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generated by Dall-E

Pendahuluan

Indonesia akan merayakan satu abad kemerdekaannya pada tahun 2045, sebuah momentum yang dikenal sebagai Indonesia Emas. Pemerintah melalui Visi Indonesia 2045 menargetkan Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi dengan masuk lima besar ekonomi dunia, berdaya saing global, dan tetap berlandaskan nilai keadilan sosial (Bappenas, 2023).

Proyeksi McKinsey (2023) bahkan menyebut Indonesia berpotensi menjadi ekonomi terbesar ke-7 dunia pada 2030, dan ke-4 pada 2050, jika mampu mengelola sumber daya manusia (SDM), energi, dan teknologi dengan efektif.

Namun, jalan menuju Indonesia Emas tidaklah mudah. Tantangan yang dihadapi mencakup bonus demografi yang hanya bertahan hingga 2030-an, ketergantungan pada energi fosil (61% listrik masih berbasis batubara per 2023), ketimpangan wilayah pembangunan, serta risiko krisis iklim yang mengancam keberlanjutan ekonomi (IEA, 2023; PLN, 2023).

Selain itu, era digital membawa peluang sekaligus ancaman. Revolusi AI berpotensi meningkatkan produktivitas, namun juga menimbulkan disrupsi pekerjaan, polarisasi sosial, dan kerentanan kedaulatan data.

Oleh karena itu, peta jalan menuju Indonesia Emas 2045 tidak cukup jika hanya menekankan pertumbuhan ekonomi makro. Diperlukan transformasi menyeluruh yang mengintegrasikan bonus demografi, bonus ekologi, dan etika digital.

Pelajaran dari negara maju maupun refleksi sejarah Indonesia menjadi bekal penting agar visi Indonesia Emas tidak berhenti sebagai slogan, melainkan tercapai secara nyata.

Demografi dan Ekologi: Belajar dari Jepang & Korea Selatan

Sejarah menunjukkan bahwa pengelolaan demografi dapat menentukan nasib suatu bangsa. Jepang pasca Perang Dunia II berhasil memanfaatkan bonus demografinya dengan investasi besar di pendidikan dan industrialisasi. Antara tahun 1950--1973, ekonomi Jepang tumbuh rata-rata 9,6% per tahun, menjadikannya kekuatan ekonomi global (Maddison, 2001).

Korea Selatan juga mencontohkan hal serupa: dari negara dengan PDB per kapita hanya US$158 pada 1960, naik menjadi lebih dari US$30.000 pada 2022, terutama karena fokus pada pembangunan SDM, teknologi, dan ekspor industri (World Bank, 2023).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun