Jalan Panjang Kesabaran
Menerapkan disiplin positif memang tak secepat memberi hukuman atau hadiah instan. Ia menuntut kesabaran, komunikasi, dan konsistensi. Aturan dijelaskan dengan alasan yang masuk akal. Anak dilibatkan dalam mencari solusi. Orang dewasa pun ditantang menjadi teladan: bagaimana mau meminta anak disiplin, jika kita sendiri sering melanggar kesepakatan kecil?
Namun, hasilnya jauh lebih kokoh. Anak belajar bahwa tindakannya punya konsekuensi, dan bahwa ia dihargai sebagai pribadi yang bisa dipercaya. Bukan sekadar mesin patuh yang bergerak karena takut atau berharap imbalan.
Menumbuhkan, Bukan Menakut-nakuti
Pada akhirnya, disiplin positif adalah soal menumbuhkan. Menumbuhkan rasa percaya, rasa tanggung jawab, dan empati. Setiap kesalahan anak bisa dilihat sebagai kesempatan belajar. Setiap keberhasilan adalah alasan merayakan karakter yang sedang tumbuh.
Hadiah dan hukuman mungkin belum bisa sepenuhnya ditinggalkan. Tetapi jika kita mau, keduanya bisa dipakai bukan sebagai senjata, melainkan sebagai jembatan. Jembatan menuju pribadi-pribadi muda yang matang, tidak hanya pintar di kelas, tapi juga dewasa dalam hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI