Generasi Z tumbuh dalam era digital yang menawarkan kebebasan berekspresi tanpa batas. Dalam konteks busana, kebebasan ini seringkali menjadi perdebatan di ruang publik antara ekspresi diri dan nilai-nilai sosial budaya yang telah lama mengakar.
Busana tidak lagi sekadar penutup tubuh, tetapi simbol identitas, pernyataan sikap, bahkan perlawanan terhadap norma yang dianggap usang. Namun, di sinilah letak tantangannya: sejauh mana kebebasan dalam berbusana dapat dijalankan tanpa melanggar batas etika sosial dan budaya?
Sebagian masyarakat menilai bahwa gaya berpakaian Generasi Z terlalu terbuka, terlalu barat, atau bahkan tidak sopan. Namun di sisi lain, Generasi Z menilai bahwa masyarakat terlalu reaktif, kurang memahami konteks, dan kerap menggunakan standar ganda dalam menilai seseorang berdasarkan penampilan.
Tantangan etika sosial bukan soal siapa yang benar atau salah, melainkan bagaimana kita membangun ruang dialog yang saling memahami. Budaya bukan barang mati; ia terus bertransformasi. Maka, perubahan dalam cara berpakaian seharusnya menjadi pintu masuk untuk berdiskusi, bukan menghakimi.
Generasi Z bukan ancaman terhadap budaya mereka adalah cermin perubahan zaman. Yang perlu kita lakukan sebagai masyarakat adalah mengarahkan, bukan memaksa. Memberi ruang, bukan menekan. Karena pada akhirnya, etika sosial tumbuh bukan dari pelarangan, tetapi dari kesadaran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI