Mohon tunggu...
Wahyu Kuncoro
Wahyu Kuncoro Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca di saat ada waktu, penulis di saat punya waktu.

Seorang suami dan ayah 1 anak, tinggal di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengantisipasi Learning Poverty

16 April 2021   11:48 Diperbarui: 16 April 2021   11:52 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hingga hari ini, sekolah belum dibuka. Tantangan saat pandemi ini bukan saja bagi anak-anak tingkat bawah untuk bisa membaca (lancar), tapi juga bisa memahami bacaan. Rupanya, ini juga menjadi tantangan anak-anak di tingkat atas (kelas 4-6). Bank Dunia juga menyebutkan bahwa pada tahun 2019, diperkirakan sekitar 35 persen anak-anak sekolah dasar tidak bisa membaca hingga lulus sekolah. 

Kebijakan yang diambil pemerintah di masa pandemi ini masih berfokus pada usaha mengejar learning loss saja. Ini terlihat dari rujukan platform-platform yang digunakan untuk PJJ masih didominasi oleh platform-platform kegiatan yang berisi pembelajaran formal. Belum ada platform-platform yang disarankan untuk mendukung kegiatan membaca buku non teks. Jika ada, membaca hanya suplemen untuk membantu pahaman materi pelajaran. 

Secara umum, strategi untuk meningkatkan kualitas membaca bagi anak-anak juga belum nampak. Persepsi belajar masih berputar pada belajar dari buku-buku pelajaran sesuai kurikulum. Membaca belum dianggap sebagai sebuah aktivitas kognitif yang mendukung aktivitas anak belajar untuk hidup. 

Keberpihakan kepada permasalahan psikologis anak sepertinya perlu mencantumkan kegiatan membaca sebagai aktivitas yang bisa dilakukan selama PJJ. Dalam membaca ada unsur kesenangan (reading for enjoyment). Anak-anak tidak melulu belajar dan bermain. Membaca menjadi selingan aktivitas kognitif yang bermanfaat. 

Ketimpangan kemampuan membaca tentu berakibat pada ketimpangan pendidikan. Selama pandemi ini, memperkuat kebiasaan membaca rupanya menjadi penting. Tanpa adanya minat membaca yang baik, pengetahuan tidak mungkin dikuasai dengan baik. 

***

Anak-anak memiki waktu cukup banyak. Mengisi waktu yang bermanfaat bagi anak-anak salah satunya dengan cara menyarankan mereka untuk membaca buku non-teks pelajaran. Anak-anak perlu dikenalkan bahwa membaca itu menyenangkan. 

Pemerintah perlu membuat strategi ini untuk mengantisipasi terjadinya learning poverty.Tanpa adanya minat membaca yang baik, pengetahuan tidak mungkin dikuasai dengan baik. Lebih dari itu, ini menjadi kesempatan mengkampanyekan kebiasaan membaca yang nyaris tidak ada di dalam masyarakat kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun