Mohon tunggu...
Wahyu Dianto
Wahyu Dianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA/UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

hoby berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelisik UMKM di daerah Pakualaman Yogyakarta

15 Desember 2022   19:48 Diperbarui: 15 Desember 2022   20:12 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari jum'at tanggal 2 desember kami melakukan kunjungan ke kediaman ibu Nur Diana Hidayati di daerah pakualaman yang merupakan owner dari Decodian. Decodian adalah brand lokal Yogyakarta yang terbentuk pada 5 April 2016. Latar belakang dari Ibu diana adalah alumni dari universitas ternama di Yogyakarta yakni universitas Gajah mada.  Kemudian merintis umkm tersebut dari mengikuti pelatihan-pelatihan. Produk decodian pernah melakukan pengiriman hingga ke mimika, Papua dan juga Aceh. Sehubungan  ibu nur diana menargetkan produknya supaya mencapai pasar internasional.

Misi Decodian adalah memberi nilai tambah (menjadikan lebih cantik dan unik) dompet, tas yang berbahan anyaman serat alam (pandan, rotan, enceng gondok, bambu) dengan Teknik Decoupage sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.  Teknik Decoupage (baca: Dekupas) adalah ketrampilan tangan yang berasal dari Perancis yang meliputi aktivitas memotong kertas bermotif dan menempelkannya pada sebuah media. Media yang digunakan adalah tas, dompet, aksesoris berbahan anyaman serat alam, seperti pandan, rotan, bambu, dan purun.  

Suplier tas/dompet berasal dari Tasikmalaya, Bali, dan Yogyakarta. Khusus Yogyakarta, Decodian berkolaborasi dengan sesama pelaku UMKM. Hal ini merupakan wujud Program "Gandeng Gendong" yang dicanangkan oleh pemerintah Yogyakarta beberapa tahun yang lalu.  (Gandeng = kolaborasi dengan sesama pelaku UMKM utk maju secara bersama).

Operasional harian Decodian masih dijalankan sendiri oleh Owner Decodian. Namun demikian Decodian memiliki "pekerja lepas" (perempuan) yang membantu saat ada pesanan yang jumlahnya mencapai ribuan. Pekerja lepas itu adalah mereka yang pernah mengikuti pelatihan ketrampilan decoupage yang diselenggarakan oleh Decodian.

Untuk produksinya sendiri, dalam sehari bisa kapasitasnya bisa menghasilkan 50 pcs. Kendala dari Ibu nurdiana adalah belum adanya Tim, jadi semua prosesnya dijalankan sendiri. Produk ini dibandrol dengan harga yang berkisar antara 100-500rb tergantung tipe-tipe dari produknya. Permodalan umkm ini dimulai dari modal individu dari Ibu nurdiana kemudian pada 2018 ibu Nur diana mengambil KUR hingga tahun 2020 selanjutnya usaha dijalankan dengan perputaran modal.

Untuk omzetnya sendiri Ibu nurdiana bisa meraup omzet 2 Juta. Dari 2 juta tersebut 35%nya sebagai keuntungan dan 65% nya digunakan untuk biaya oprasional/ belanja bahan.

 Selain memproduksi produk decoupage, Decodian juga memberi layanan pelatihan ketrampilan decoupage . Selama ini peserta pelatihannya adalah para perempuan karena bertujuan turut mendukung pemberdayaan perempuan Indonesia khususnya di wilayah kota Yogyakarta. Di sisi sosial, Decodian juga pernah memberikan pelatihan ketrampilan decoupage (gratis) bagi beberapa perempuan warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta. Meski baru diadakan sekali, kegiatan ini telah diagendakan rutin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun