Mohon tunggu...
Wahyudi Adiprasetyo
Wahyudi Adiprasetyo Mohon Tunggu... Sang Pena Tua

Pena tua memulung kata mengisi ruang literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membawa Etnik Budaya Nusantara ke Ranah Global

25 September 2025   07:46 Diperbarui: 25 September 2025   07:46 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rebranding & Filosofi Produk

Seiring pertumbuhan, Oemah Etnik berubah menjadi OE --- nama yang lebih ringkas, lebih mudah diingat dan diucapkan secara global. Nama ini bagian dari strategi agar brand tidak "terjebak lokalisme nama" ketika hendak mendunia.
Salah satu koleksi yang menonjol adalah Siklus --- hasil kolaborasi dengan desainer Wilsen Willim --- yang memakai simbol kincir angin / pinwheel untuk menyimbolkan perjalanan, perubahan, dan siklus kehidupan. Narasi di balik motif ini memperkuat identitas estetika dan makna yang bisa "berbicara" ke audiens yang lebih luas. 

OE juga aktif memamerkan koleksi barunya melalui platform digital seperti Instagram, reels yang menjelaskan makna setiap koleksi, cara pembuatannya, dan pesan di balik produk. 

Strategi & Tantangan yang Dihadapi

  • Marketplace & Daya Jangkau: Rizki menggunakan platform e-commerce untuk menjangkau pelanggan lebih luas. Strategi visual yang menarik bagi generasi muda menjadi langkah awal agar mereka tertarik mencoba.
  • Produksi & Mitra Pengrajin: OE bekerja sama dengan rumah produksi di Pekalongan, Cirebon, Jepara, dan bermitra dengan para pengrajin lokal, memastikan penggunaan bahan lokal 100%.
  • Sustainability dan Efisiensi: OE menerapkan manajemen stok ketat agar tidak ada produk menumpuk, serta memanfaatkan limbah kain (perca) agar tidak terbuang sia-sia.
  • Keabadian Desain: Salah satu keunggulan yang sering disebut oleh Rizki adalah bahwa desain OE bersifat timeless --- artinya produk yang dibeli bertahun lalu masih bisa digunakan tanpa terasa "ketinggalan zaman".

4. Penggabungan Budaya & Kisah dalam Narasi yang Melekat

Kisah OE menjadi contoh nyata bahwa mode etnik tak harus jadi "ornamen budaya" semata --- dengan visi dan strategi tepat, ia bisa menjadi medium yang hidup, relevan, dan kompetitif. Beberapa pelajaran penting:

  • Warisan budaya butuh medium hidup: Kain tradisional menjadi lebih bermakna ketika diolah menjadi pakaian dengan identitas & nilai.
  • Cerita sebagai senjata brand: Motif seperti Siklus tidak hanya hiasan visual, tapi membawa makna yang bisa diterima lintas budaya.
  • Adaptasi nama dan branding: Rebranding ke "OE" memudahkan penetrasi global (pengucapan, ingatan).
  • Kolaborasi & jaringan penting: Kolaborasi dengan desainer atau platform pameran memperluas jangkauan budaya.
  • Standar & keberlanjutan bukan pilihan: Untuk diterima pasar global, detail produksi, etika, bahan, dan konsistensi harus dijaga ketat.

5. Penutup & Ajakan

Saat dunia mengarahkan pandangannya pada Indonesia lewat Fashion Festival global, Wastra Nusantara tampil bukan hanya sebagai "kain eksotik" semata --- melainkan sebagai representasi kreativitas, identitas, dan kualitas lokal yang bisa disejajarkan dengan mode dunia.

Lewat kisah perjalanan Rizki Triana dan OE, kita belajar bagaimana akar budaya dapat disulam menjadi gaya hidup global --- ketika didukung dengan visi, integritas, keberlanjutan, dan keberanian menerobos batas.

Semoga cerita ini menginspirasi: agar generasi muda tak ragu memakai budaya sendiri, agar para desainer tak hanya melihat warisan sebagai hiasan, dan agar Wastra Nusantara menjadi kekuatan yang tidak hanya dipuja dari jauh, tetapi benar-benar dikenakan dan dihargai dalam kehidupan dunia --- dari Indonesia ke dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun