Mohon tunggu...
Wahyudi Adiprasetyo
Wahyudi Adiprasetyo Mohon Tunggu... Sang Pena Tua

Pena tua memulung kata kemudian menuang wacana dari tumpahan nurani untuk mengisi pojok ruang kosong literasi publik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Guru dan Dosen Dianggap Beban Negara?

19 Agustus 2025   10:51 Diperbarui: 19 Agustus 2025   13:13 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru dan Dosen: Beban atau Penopang Peradaban?

Ada satu ironi getir yang kian mencuat di negeri ini: elit kekuasaan memandang guru dan dosen bukan lagi sebagai penopang peradaban, melainkan sekadar "beban" yang membebani anggaran negara. 

Kata-kata halus tentang "tantangan fiskal", "rasionalisasi", hingga "optimalisasi SDM" seringkali hanyalah kamuflase untuk menyembunyikan kenyataan: negara belum sungguh-sungguh menempatkan pendidik di singgasana kehormatan.

Jika benar guru dan dosen dianggap beban, maka sesungguhnya kita sedang menyaksikan pergeseran paling berbahaya dalam sejarah bangsa: pendidikan direduksi menjadi ongkos, bukan investasi. 

Apa yang lebih ironis daripada negara yang membanggakan pertumbuhan ekonomi, tapi menganggap para pendidik---yang melahirkan para insinyur, dokter, pejabat, bahkan presiden---sebagai penghalang anggaran?

Sejarah mencatat, negara-negara yang berhasil melompat dari keterbelakangan menuju kemajuan, dari Korea Selatan hingga Finlandia, justru menempatkan guru dan dosen sebagai garda terhormat. 

Guru bukan sekadar pengajar, melainkan pengukir masa depan. Dosen bukan sekadar akademisi, melainkan perancang arah bangsa. Mereka digaji layak, diberi ruang intelektual, dan dihormati martabatnya. Dari situlah lahir generasi yang tangguh.

Di sini, di negeri tercinta, yang terjadi justru sebaliknya. Setiap tahun, wacana "rasionalisasi" tenaga pendidik selalu mencuat. Setiap kali APBN dibicarakan, gaji dan tunjangan guru serta dosen seolah menjadi biang kerok defisit. Di saat yang sama, proyek-proyek mercusuar dan belanja politik jalan terus. 

Pertanyaannya: apakah benar guru dan dosen beban, ataukah elit kekuasaanlah yang menjadikan bangsa ini terjebak dalam mentalitas jangka pendek?

Ironisnya lagi, retorika tentang "bonus demografi" dan "generasi emas" terus digaungkan. Bagaimana mungkin generasi emas dilahirkan jika para penjaga pengetahuan terus dipandang sebagai beban? 

Bagaimana mungkin peradaban tumbuh jika pengajarnya sendiri tidak diberi harga? Kita tidak bisa bermimpi tentang masa depan gemilang dengan pondasi pendidikan yang rapuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun