Selama ini, pernah nggak sih kita melihat di pasar-pasar tradisional atau Toko kelontong setempat, ada pelanggan yang dikasih harga lebih murah dan kadang boleh untuk kasbon atau bayar nanti. Â Namun, ada juga pelanggan yang harus membayar lebih. Sekilas memang terkesan tidak adil, padahal dibalik itu semua ada hubungan sosial yang kuat antara pelanggan dan pembeli.
Jual beli yang kelihatannya sederhana itu ternyata menyimpan cerita sosial yang nggak kita sadari selama ini. Kita tidak hanya sekedar membeli dan kemudian menerima barang yang kita beli. tapi juga tentang interaksi, rasa percaya, dan hubungan antarorang yang udah terbentuk dari waktu ke waktu.Â
Fenomena ini tidak sepenuhnya terlepas dari faktor ekonomi. Â Ada norma-norma sosial yang sangat kuat. Nah, melalui konsep Embeddednes dapat membantu kita memahami beberapa hal yang terjadi dan bahkan mungkin sangat penting dalam kehidupan ekonomi kita sehari-hari.
Ekonomi dan Hubungan Sosial Yang Menyatu
Mark Granovetter, sosiolog yang mencetuskan konsep Embeddednes, mengatakan bahwa kehidupan sosial selalu menjadi bagian dari kehidupan ekonomi. Selalu ada rasa percaya di antara orang-orang ketika mereka membeli, menjual, atau meminjam uang.
Misalnya, seorang penjual mungkin memberikan harga yang lebih rendah kepada pelanggan lama karena mereka saling mengenal dan percaya. Keputusan ini tidak hanya didasarkan pada untung dan rugi, sudah ada hubungan sosial disana. Dan di sinilah ekonomi dan masyarakat saling bersatu.
Dua Sisi dari Embededdness
Embeddednes memiliki dua sisi yang berbeda. Sisi pertama adalah memperkuat ikatan sosial dan menciptakan ekonomi yang lebih sejahtera dan stabil. Misalnya, ketika pedagang ngasih potongan harga ke pelanggan lama atau pelanggan yang sering beli, bukan karena lagi untung besar, melainkan karena adanya nilai sosial yang dijaga.
Nah, Tapi disisi lain juga dapat menimbulkan masalah. Misalnya, jika terdapat ikatan sosial yang kuat, ikatan tersebut dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti permainan harga antara pedagang atau penimbun barang . Jadi, hubungan sosial yang sebelumnya positif dapat berubah menjadi alat untuk menguntungkan kelompok tertentu.
Ekonomi Bukan Hanya Soal Angka, Tapi Soal Hubungan Manusia
Masih banyak orang yang ngelihat ekonomi cuma dari sisi angka. Seperti, harga yang naik, inflasi yang tinggi, atau pendapatan yang menurun. Padahal dibalik semua angka itu, ada kehidupan sosial yang sering banget dilewatin gitu aja. Orang kadang cuma fokus sama grafik dan data, padahal yang bikin ekonomi jalan justru hubungan antarmanusia. Ekonomi itu nggak cuma soal angka atau hitung-hitungan di atas kertas, tapi juga tentang gimana orang saling berhubungan, saling bantu, dan dan saling bergantung satu sama lain dalam menjalani hidup.
Sebagai contoh, seperti saat harga bahan pokok naik, sebagian orang masih bisa untuk tetap bertahan lewat jaringan sosial yang mereka miliki, seperti tetangga yang mau berbagi, teman yang mau membantu, atau pedagang yang memperbolehkan untuk berutang dulu. Tapi, bagi mereka yang nggak punya hubungan sosial yang kuat, kenaikan harga malah menjadi suatu beban yang berat.
Intinya, ekonomi itu nggak cuma soal uang dan pasar, tapi juga tentang hubungan antarmanusia. Tentang siapa yang saling percaya, saling bantu, dan tetap terhubung satu sama lain di dalamnya.
Kesimpulan
Jika kita melihat pada perspektif Embeddedness, kegiatan ekonomi yang ada di Indonesia nggak bisa dipisahkan dari yang namanya kehidupan sosial. Dari rasa saling peduli satu sama lain, saling percaya, hingga gotong royong. Hal tersebut menjadi pondasi yang sangat penting untuk bikin ekonomi tetap bertahan walau dikeadaan yang sulit
Selama, nilai nilai itu terus dijaga, kepercayaan bukan hanya menjadi omong kosong belaka. Tapi bisa berubah menjadi suatu kekuatan yang nyata, yang menolong banyak orang ditengah ketidakpastian ekonomi di Indonesia saat ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI