Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbuat "Gila" Penyeimbang Jiwa?

21 Agustus 2016   10:44 Diperbarui: 21 Agustus 2016   11:08 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://musik-gue-aja.blogspot.co.id/search/label/News?updated-max=2013-03-05T17:34:00-08:00&max-results=20&start=20&by-date=false

Ada kalanya, saat kita jenuh, sedang mengaso atau di waktu senggang, kita berbuat hal-hal yang lucu, yang di luar kebiasaan kita. Kita “menggila”!

Misal, saat kita berada di mobil, menyetir sendirian, kita membunyikan radio atau tape dengan lagu-lagu kesukaan kita dan kita bernyanyi sekeras mungkin mengikuti lagu tersebut. Mungkin orang lain tidak menyangka perbuatan kita, karena yang kita lakukan itu pada saat kita sendirian. Padahal saat kita berhadapan dengan orang lain, saat meeting atau sedang bekerja, kita alim alias jaim.

Contoh lain, misal saat kita di rumah, kita bermain game di handphone atau video game layaknya anak kecil, berteriak-teriak kesal saat kalah dalam permainan tersebut. Kadang-kadang handphone yang menjadi alat permainan menjadi sasaran. Dibanting atau dipukul, lalu diambil lagi disayang-sayang, hahaha... Nah, orang tak akan menyangka kan, jika kita ternyata juga bisa lebay? Uhuuii..

Saya bukan ahli terapi atau psikolog atau apapun, tapi saya sebagai pengamat, yang melalui pengamatan saya itu, saya menarik kesimpulan, bahwa seseorang, yang meskipun tampak luarnya keren, jaim, anggun, juga pernah berbuat “gila” untuk menyeimbangkan jiwanya. Alasan mereka berbuat begitu adalah: “daripada saya stress dan berbuat yang tidak-tidak, lebih baik “menggila” sedikit.”

Pernah saya bertemu dengan seseorang, yang mungkin saat ia berada di depan publik, adalah seorang yang di segani. Ternyata, saat tertentu ia juga pandai melucu dan melakukan gerakan-gerakan lucu, yang membuat orang lain tertawa. Tetapi tentu saja, ia melakukan di kalangan terbatas, di lingkungan orang yang ia percayai dan yang bisa memakluminya. Alasannya juga sama, daripada saya stress memikirkan pekerjaan yang tak ada habisnya, begitu katanya. Dan bukti yang saya simpulkan, seseorang yang berbuat “gila” tersebut baik-baik saja, pekerjaannya bagus, usahanya bagus, juga merupakan orang yang sukses. Tak menyangka kan?

Tapi sih, menggila yang saya maksud di sini, bukan gila yang beneran, tapi gila yang di sengaja dan merupakan  gila yang positif. Bukan gila yang menggilai, atau gila yang itu tuh.... heeem... 

Mungkinkah, berbuat “gila” penyeimbang jiwa?  

Ups... biarpun kita normal, sesekali “gila” it’s okey kali yaaaa.... hahahaha..  

Silahkan mencoba...

Happy weekend, saatnya “menggila” dan berkumpul dengan keluarga..

Minggu yang cerah, 21/08/2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun