Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ini tentang Cinta

9 Februari 2021   14:35 Diperbarui: 9 Februari 2021   22:38 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air banjir yang melimpah, bisa dipastikan air masuk di mobil depan itu. | Foto: Wahyu Sapta.

Dear Diary, aku merasa bahwa itu adalah salah satu bentuk cinta dan rasa kasih sayang kepada sesama. Empati atas penderitaan orang lain. Sehingga saling membantu ditengah bencana.

Artinya bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa empati dan simpati terhadap lingkungan sekitar. Tidak melulu cuek. 

Air banjir yang melimpah, bisa dipastikan air masuk di mobil depan itu. | Foto: Wahyu Sapta.
Air banjir yang melimpah, bisa dipastikan air masuk di mobil depan itu. | Foto: Wahyu Sapta.
Akhirnya, terlampaui juga terjangan banjir. Meski panjang dan mendebarkan. Beberapa kendaraan parkir untuk mengecek kendaraannya. Bahkan untuk mobil yang berbodi rendah, air masuk mobil dan harus dikuras keluar. Beruntung kendaraanku tidak macet dan tidak kemasukan air. Aman, bisa melanjutkan perjalanan kembali.

Lalu? Ternyata tantangan perjalanan kali ini tidak hanya banjir. Jalan rusak dan berlobang, masih menanti di depan. Karena efek hujan dan air yang menggenang, juga kendaraan berat yang melintas, menyebabkan banyak jalan yang berlobang.

Beberapa kali tidak bisa memilih jalan yang bagus, sehingga harus berjalan pelan melewati lobang, agar tidak merusak ban. Aduh, serem dan seru. Apalagi banjir tidak hanya ada di satu lokasi. Beberapa daerah lainnya sepanjang perjalanan juga banjir. Hanya memang tidak separah banjir yang ada di Semarang.

Alhamdulillah. Sampai juga di rumah orang tua dengan selamat. Dengan waktu tempuh 4,5 jam, yang biasanya hanya ditempuh 2 jam. Bersyukur aman. Bisa bertemu orang tua, menuntaskan rindu.


Satu hari mengunjungi mereka, keesokan harinya pulang kembali ke Semarang, yang artinya melewati banjir kembali karena ternyata belum surut. 

It's okay Diary, karena demi cinta, aku menjalaninya dengan rasa syukur dan santai. Tak terjadi sesuatu yang perlu dikeluhkan, hanya karena banjir dan macet. Dunia itu indah, ya. 

Jalur pulang yang juga melewati banjir. | Foto: Wahyu Sapta.
Jalur pulang yang juga melewati banjir. | Foto: Wahyu Sapta.
Inilah tentang seni merawat kehidupan. Kita pasti bisa menjalaninya, selama masih ada rumah untuk pulang dan mengulang segala tentang kita dengan rasa syukur. Pasti tak akan berat.

Juga lingkaran cinta yang selalu ada di sekitar kita. Cinta itu tak ubahnya cahaya yang memberi keindahan apa yang ada di atas bumi. 

Segalanya akan menjadi indah, meski terkadang mengalami onak dan duri. Tak akan terasa, sehingga dapat terlampaui dengan mudah. Akan terasa manis dan tak terlupakan bahkan akan menjadi kenangan indah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun