Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Menunggu Sempurna untuk Hal yang Positif

22 Maret 2018   14:09 Diperbarui: 22 Maret 2018   14:15 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan menunggu sempurna untuk memulai hal yang positif. (Dokpri).

Suatu hari saya mengeluh pada suami. Pada saat itu, tingkat kejenuhan melanda saya, karena tidak memiliki kegiatan lain selain mengasuh anak yang masih kecil dan urusan rumah. Rasanya ingin melakukan sesuatu yang bisa membuat saya lebih bersemangat dan berbeda. Juga bisa menjadi obat jenuh.

Ya. Saya ingin kembali menulis, yang menjadi hobi saya sejak masih remaja, setelah lama vacum. Tetapi saya tidak tahu harus memulai dari mana. Rasanya buntu dan tidak memiliki ide yang bagus. Sebenarnya ide banyak sekali, tetapi masih melompat-lompat dan tidak memiliki arah untuk menjadi sebuah tulisan.

Saya merasa, bahwa tidak akan mampu lagi menulis sebuah cerita, karena tidak percaya diri. Juga karena takut bahwa nanti tulisan saya bakalan jelek. Saya sudah membayangkan bahwa menulis itu harus bagus dan sempurna. Langsung jadi. Dan perfecto. Mana mungkin saya mempunyai kemampuan itu?

Ketika saya mengeluh pada suami, ia mengatakan, tulislah keluhanmu. Jadikanlah keluhanmu menjadi sebuah tulisan. Hem, bagus juga sarannya. Mulailah saya menulis sesuatu. Asal menulis dan menulis. Menulis sesuka saya dan menulis apa yang ada dalam benak saya. Karena kebetulan menyukai tulisan fiksi, maka saya lebih fokus pada tulisan fiksi. Seperti puisi dan cerpen.

Memang pada awalnya terasa kaku, karena telah lama tidak menulis. Ide macet, lalu tulisan berhenti di tengah jalan. Ini terjadi karena saya kebanyakan ide, tetapi tidak mampu menerapkannya dalam sebuah cerita. Akhirnya tulisan tidak selesai dan macet. Juga berantakan. Bete jadinya.

Tetapi saya tidak patah semangat. Tetap mencoba untuk membuat tulisan dan terus mencoba. Hal yang saya lakukan tidak hanya menulis, tetapi juga mempelajari tulisan orang lain. Bagaimana membuat alur cerita. Awal ceritanya, penggambaran cerita, isi cerita, kasusnya dan endingnya. Saya pelajari melalui membaca dan pengamatan. Selain belajar sendiri, saya juga bertanya pada teman yang lebih pintar.

Lalu ada teman yang menyarankan. Bergabunglah di Kompasiana. Nah, di tanggal 14 Desember 2013, mulailah saya menulis di Kompasiana. Memang tujuan awal adalah belajar menulis. Memperasah kemampuan untuk menulis, khususnya membuat sebuah cerita yang berbentuk puisi dan cerpen. Tidak mudah memang. Beberapakali mengalami macet ide. Bahkan merasa bahwa tulisan sendiri itu jelek dan tidak layak baca.

Tetapi di Kompasiana saya memiliki banyak teman yang bisa menjadi penyemangat. Beberapa menjadi teman sharing untuk berbagi ilmu. Bahkan ada yang secara khusus memberi ilmu tentang kepenulisan. Beliau sangat baik dan tidak pelit ilmu. Saya sangat berterimakasih padanya.

Dan ternyata, menulis itu membutuhkan jam terbang tinggi untuk menjadi lebih baik. Jika saat itu saya merasa bahwa tidak mungkin lagi mampu menulis sebuah cerita karena telah lama vacum, ternyata salah. Menulis itu membutuhkan latihan. Jadi menulis itu juga sebuah ketrampilan yang bisa dipelajari, selain memiliki bakat dan imajinasi yang tinggi.

Menulis juga membutuhkan kepandaian untuk menciptakan sebuah tulisan menjadi hal yang masuk akal dan layak baca. Juga menciptakan sebuah cerita menjadi menarik, sehingga tulisan dibaca oleh orang lain dan orang lain masuk dalam cerita kita. Hal itu bisa dipelajari, loh. Belajar dan belajar. Meski telah mencapai yang inginkan, belajar juga perlu. Karena sebuah ilmu itu berkembang. Semakin zaman ke depan, sebuah ilmu akan berkembang mengikutinya.

Tidak harus menunggu untuk menjadi ahli atau sempurna, tetapi lewat latihan dan belajar, kita bisa menjadi yang kita inginkan. Apabila saat itu saya merasa kecil hati dan takut untuk memulai menulis, maka sampai saat ini keinginan saya untuk menyalurkan hobi menulis tidak akan pernah tercapai. Jika saya saat itu merasa harus menjadi sempurna terlebih dahulu untuk memulai sesuatu, maka saya tidak akan ada di Kompasiana dan berteman banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun