Memang benar kalau orang-orang Indonesia itu pintar. Buktinya ada orang-orang seperti pak Habibie sebagai putra bangsa yang membanggakan bangsa dengan intelegensinya.
Pak Habibie memang seorang yang sangat beruntung, beliau cerdas (bahkan genius) dibidang konstruksi pesawat dan beliau sangat menyukai bidang itu. Yang coba penulis ingin katakan adalah Pak Habibie adalah seorang yang merdeka dalam mendapatkan pendidikannya. Beliau belajar karena beliau memang ingin belajar.
Contoh lain adalah seorang Albert Einstein, siapa yang tidak tahu mengenai kegeniusannya. Bahkan karena sangat genius dia dianggap bodoh dalam pembelajaran di sekolah. Namun Einstein adalah seorang yang merdeka, dia belajar dengan alam, dia belajar dengan sumber pengetahuan itu sendiri.
Lalu apa kabar dengan siswa saat ini? Merdekakah mereka dalam belajar?
Pagi matematika, siang fisika, sore kimia. Atau mungkin pagi grografi, siang ekonomi dan sore sosiologi. Siswa Dituntut untuk bisa menguasai semua aspek dalam setiap mata pelajaran, gagal dalam satu hal berarti harus mengulang bahkan tinggal tinggal kelas.
Apakah seperti itu pendidikan yang benar?
Mungkin tidak salah, tapi dengan seperti itu dunia pendidikan akan menciptakan manusia robot yang cerdas dalam segala hal tapi tidak mengerti apa yang benar-benar diinginkan. Manusia yang mengejar rapor biru di setiap aspek penilaian tanpa mengerti esensi dari setiap aspek yang diajarkan.
Pendidikan yang merdeka adalah pendidikan yang memberi pengetahuan atas setiap aspek yang ingin diketahui. Pendidikan yang merdeka adalah pendidikan yang mengarahkan siswa pada tingkat minat dan bakat. Pendidikan yang merdeka adalah pendidikan yang mengembangkan manusia mencapai titik kulminasi atas apa yang ingin ia capai. Pendidikan yang merdeka adalah pendidikan yang melahirkan ahli pada bidang-bidang tertentu. Pendidikan akan merdeka ketika dapat melahirkan manusia dengan rasa, bukan manusia tanpa hati.