Mohon tunggu...
Noer Wahid
Noer Wahid Mohon Tunggu... Penulis lepas di usia senja - Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut - Ketua Lembaga Pusaka Bangsa -

Seorang sepuh yang menikmati usia senja dengan aksara. E-mail ; nurwahid1940@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Bagian Kedua] Kisah Kami yang Bergerilya di Tapanuli Selatan Tahun 1949

27 November 2017   23:29 Diperbarui: 30 November 2017   00:27 1877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ikan ? Tinggal mancing saja di sungai-sungai dan sekali-sekali di Sei Bilah memancing ikan jurung. Ingin telur ayam ? Tinggal minta saja pada warga setempat sebab, mereka beternak ayam juga tetapi tak banyak karena ayamnya sering dimakan musang.

Ingin makan daging ? Daging sapi sulit didapat, yang banyak kerbau tetapi jarang sekali hewan itu disembelih karena kerbau itu andalan warga mengerjakan sawah. Sebagai penggantinya sekali-sekali berburu rusa ke hutan-hutan atau berburu ayam hutan.

Berburu rusa harus malam hari sebab, siang hari hewan itu bersembunyi. Memburu rusa dengan peluru tajam tetapi harus hati-hati karena selalu berebutan dengan si raja hutan, harimau. Manusia selalu tertipu dengan trik-trik jitu si harimau.   

Begitulah sekelumit pengalaman sewaktu bergerilya di hutan-hutan hulu Sei. Bilah yang hulunya berasal dari Garoga yang berada di Kab. Tapanuli Utara. Tidak terlalu lama mengembara di hutan-hutan itu tetapi selama sepuluh bulan itu menyimpan segudang pengalaman yang sampai kini tak terlupakan.

Sekembali dari Sipiongotseluruh keluarga saya kembali lagi ke Sunutsetelah singgah sebentar di Pasar Simundoldan Padang Matinggi, dua kampung yang sebelumnya sudah diceritakan.  

Rencana dari Sunutakan menuju ke Kampung Sibio-bio, suatu kampung yang cukup besar dan mungkin di sana bisa dijumpai seorang "dukun beranak". Akan tetapi perjalanan ke Sibio-bioini bukanlah mudah karena perjalanannya mendaki.


Dari Sunut kita menyeberang Sei. Bilah agar kita bisa sampai di Kampung Sipahonek, suatu kampung yang hanya bersebarangan dengan Sunut. Di kampung ini beristirahat beberapa hari lamanya karena harus mengumpulkan tenaga untuk perjalanan yang medannya cukup berat.

Dalam perjalanan dari Sipahonek menuju Kampung Gunting Bange jalannya masih mendatar, artinya tidak banyak mengalami kesulitan. Tetapi, sesudah Gunting Bange dan menuju Kampung Aek Pisang barulah disitu kita menempuh medan yang berat.

Karena dalam perjalanan ini kita harus mendaki Gunung Siatubang namanya, yang kemiringannya sampai 45 derjat, melalui jalan setapak yang agak licin, bisa saja kita jatuh ke jurang kalau tak hati-hati. 

Lembah yang dapat dilihat yang berada di kaki Gng. Siatubang. Foto diambil thn 1995 saat penulis Napak Tilas. (dok. pribadi)
Lembah yang dapat dilihat yang berada di kaki Gng. Siatubang. Foto diambil thn 1995 saat penulis Napak Tilas. (dok. pribadi)
Saya sendiri saja dalam mendaki Gunung Siatubang itu entah berapa kali memegang akar-akar kayu atau semak-semak yang ada di jalan setapak itu agar tidak tergelincir. Yang paling ditakuti kalau jatuh kedalam jurang yang cukup dalam dan didasarnya menanti batu-batu besar. Menurut keterangan warga kampung, Gunung Siatubangsudah banyak menelan korban.

Tetapi, kalau menurun tidak terlalu berat namun, harus juga berhati-hati karena jalan agak licin. Jika slip, terlebih lagi di musim hujan, bisa saja maut menanti kita di dalam jurang. Itulah yang paling ditakuti pada saat mendaki dan menuruni gunung tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun