Mohon tunggu...
wahid nu
wahid nu Mohon Tunggu... Akuntan - master of none

Semangat sekolah malas belajar Semangat bekerja malas berangkat Semangat berbicara malas bertindak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa Restu Pernikahan

11 Oktober 2016   11:41 Diperbarui: 11 Oktober 2016   12:01 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap undangan pernikahan, selain kedatangan yang diharapakan sang mempelai pengantin juga doa dan restu. “Yang penting kan doanya mas…!” Begitulah kira-kira jawaban sang pengantin jika kita beralasan dan mohon maaf tidak bisa menghadiri undangan pernikahannya waktu lalu. Semua orang pasti mengharapkan doa, dan doalah yang paling penting. Walaupun sebenarnya menghadiri undangan hukumnya wajib. Maka selain beban mental kita juga berdosa apabila dengan sengaja tidak menghadiri undangan seseorang.

Doa bentuknya ucapan permohonan kita pada sang kuasa, memohon kebaikan untuk kita atau kebaikan bagi orang yang kita doakan. Sedangkan restu lebih ke rasa atau keikhlasan hati dan dukungan kita pada hajat seseorang. Jadi doa restu untuk mempelai pengantin permohonan kita pada Allah agar sang mempelai diberikan keberkahan dalam berumah tangga dan senantiasa diberikan kedamaian nantinya, dan kita mendukung sepenuh hati atas keberlangsungan pernikahan tersebut. Nah restu ini bisa dengan kita memberikan bantuan, baik pikiran, tenaga ataupun dana untuk pelaksanaan acara pernikahan tersebut.

Menurut hemat saya dalam masyarakat setiap menghadiri acara pernikahan baru sebatas memberikan restu belum dengan doa. Mereka hanya datang dan memberikan sekedar bantuan berupa “amplop” dan ucapan selamat. Padahal doa seperti yang telah disebutkan di atas sangat penting sekali. Bukan karena mereka tidak peduli dengan doa, atau sengaja tidak berdoa. Namun ketidaktahuan mereka cara mendoakan sang pengantin. Tidak tahu doa apa yang harus dibaca untuk pengantin. Untuk orang awam mereka berdoa hanya mengamini ketika sang kyai memanjatkan doa di Masjid atau Mushola, mereka jarang memanjatkan doa sendiri. Apalagi untuk mendoakan khusus bagi pengantin mereka jelas tidak tahu. Mereka tidak tahu bahwa doa bisa dengan ucapan bahasa mereka sendiri, tidak harus dengan bacaan arab.

Saya kira doa pengantin tidak cukup hanya dicantumkan di undangan saja, karena yang diundang hanya membaca siapa yang menikah, orang mana, kapan dan dimana tempatnya. Perlu kiranya doa itu dituliskan yang besar dan dipasang di lokasi acara pernikahan agar para tamu undangan membaca doa tersebut dan mengakhiri doa tersebut dengan kalimat “amin”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun