Mohon tunggu...
Wafiq Khalifatul
Wafiq Khalifatul Mohon Tunggu... Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga

Pendidikan Kimia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integrasi Islam dan Ilmu Sosial Humaniora dalam Cabang Sejarah

15 Desember 2024   22:11 Diperbarui: 15 Desember 2024   22:11 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Paradigma adalah kerangka pikir atau pola dasar yang menjadi landasan dalam memahami dan menjelaskan realitas, berfungsi sebagai peta konseptual dalam ilmu sosial dan humaniora. Sementara itu, integrasi merujuk pada upaya menyelaraskan wahyu (ilmu agama) dengan akal (ilmu empiris) melalui dialog antara nilai-nilai spiritual Islam dan pendekatan ilmiah agar saling melengkapi. Maka paradigma integrasi adalah konsep atau pendekatan yang menggabungkan wawasan Islam dengan ilmu sosial humaniora dalam satu kerangka pemikiran.

Paradigma integrasi Islam dan ilmu sosial humaniora dalam cabang sejarah merupakan pendekatan yang bertujuan untuk menghubungkan  nilai-nilai keislaman dengan pendekatan keilmuan dalam kajian sejarah. Pendekatan ini berupaya menghadirkan pemahaman sejarah yang tidak hanya sekadar berbasis fakta-fakta empiris, tetapi juga mengintegrasikan perspektif etika, moral, dan spiritual yang terkandung dalam ajaran Islam.

Epistemologi bayani (berbasis teks) berfokus pada penggalian makna dari sumber-sumber keislaman seperti Al-Qur'an, Hadis, kitab tafsir, atau karya-karya klasik ulama. Dalam konteks sejarah, pendekatan bayani digunakan untuk memahami peristiwa-peristiwa sejarah dengan merujuk pada narasi-narasi yang terdapat dalam teks-teks keislaman. Pendekatan ini dapat membantu menjelaskan sejarah umat Islam melalui perspektif wahyu dan tradisi keislaman. Contoh teks yang berkaitan dengan Bayani terdapat dalam Surat Yusuf ayat 111 yang artinya:

"Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi sebagai pembenaran (kitab-kitab) yang sebelumnya, dan penjelasan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."  Ayat ini menekankan bahwa kisah-kisah sejarah dalam Al-Qur'an mengandung pelajaran dan hikmah.

Dalam konteks sejarah Islam, epistemologi burhani bisa digunakan dalam memahami sebab-sebab runtuhnya peradaban atau kekaisaran tertentu. Sebagai contoh, kemunduran Kekhalifahan Abbasiyah bisa dipahami dengan pendekatan Burhani melalui analisis logis tentang masalah internal, seperti korupsi, konflik politik, dan faktor eksternal seperti serangan Mongol pada tahun 1258. Analisis ini menggunakan data sejarah dan bukti-bukti logis untuk memahami penyebab runtuhnya kekhalifahan.

Dalam epistemlogi Irfani, sejarah dilihat bukan hanya sebagai catatan peristiwa, tetapi sebagai manifestasi dari kehendak Ilahi. Misalnya, para sufi melihat kisah Nabi Yusuf yang dikhianati oleh saudara-saudaranya dan kemudian bangkit menjadi pemimpin Mesir sebagai pelajaran spiritual tentang ujian dan kesabaran dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Tuhan. Kisah ini, sebagaimana tercantum dalam surah Yusuf, memberikan pelajaran spiritual tentang bagaimana setiap peristiwa mengandung hikmah dan petunjuk Ilahi bagi orang yang mendekatkan diri kepada-Nya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun