Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler | Teknologi untuk semua orang, maka semua orang perlu melek teknologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Masih Sering Kalah dengan Godaan dalam Segala Bentuknya

1 April 2025   20:02 Diperbarui: 2 April 2025   01:04 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi(shutterstock via kompas.com)

Tidak menyukai sikap dan kelakuan seseorang semestinya tidak boleh berkembang menjadi tidak menyukai orang itu sebagai manusia.

Namun kenyataan tak semudah teori.

Seringkali kita kesal dengan seseorang sehingga tak sengaja tertanam dalam kepala nama orang itu sebagai orang yang menyebalkan. Kadang sampai harus memasang "tameng" ketika bertemu orang itu. Entah itu menjauh, sengaja menghindar, atau sengaja mengabaikan.

Ada juga yang berusaha mencari-cari kesalahan dan menunggu momen untuk membuktikan pada dunia, betapa orang itu tak sesuci kelihatannya, tak sesuci omonganya.

Padahal, mungkin orang itu juga tidak menyadari kesalahannya. Malah, mungkin dia tidak secara langsung bersalah kepada kita.

Namanya masih hidup di dunia, kita masih jatuh bangun untuk berusaha menjadi manusia yang "sempurna". Mungkin sikap yang kita anggap biasa-biasa saja, buat orang lain ada yang menyebalkan. 

Keinginan sih, seperti yang diajarkan oleh agama, melakukan yang baik-baik saja. Tetapi sering kita dikalahkan oleh godaan-godaan setan yang datang dalam berbagai bentuk, yang kadang tidak kita sadari. 

Ilustrasi: Saling Memaafkan (sumber: www.verywellmind.com)
Ilustrasi: Saling Memaafkan (sumber: www.verywellmind.com)

Bisa saja kebaikan yang kita lakukan, belum tentu baik untuk orang lain yang dituju. Dan kita kesal. Ngotot bahwa kita sudah berbuat baik. Padahal, seharusnya fokus saja pada niat baik itu. Bukan pada hasilnya.

Ada saat kita bertemu dengan orang yang senang menilai orang lain dengan standarnya sendiri. Dia mungkin tidak sadar, dengan begitu dia sudah menghakimi orang lain, membuat pemisahan tentang orang yang benar dan yang salah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun