Tidak menyukai sikap dan kelakuan seseorang semestinya tidak boleh berkembang menjadi tidak menyukai orang itu sebagai manusia.
Namun kenyataan tak semudah teori.
Seringkali kita kesal dengan seseorang sehingga tak sengaja tertanam dalam kepala nama orang itu sebagai orang yang menyebalkan. Kadang sampai harus memasang "tameng" ketika bertemu orang itu. Entah itu menjauh, sengaja menghindar, atau sengaja mengabaikan.
Ada juga yang berusaha mencari-cari kesalahan dan menunggu momen untuk membuktikan pada dunia, betapa orang itu tak sesuci kelihatannya, tak sesuci omonganya.
Padahal, mungkin orang itu juga tidak menyadari kesalahannya. Malah, mungkin dia tidak secara langsung bersalah kepada kita.
Namanya masih hidup di dunia, kita masih jatuh bangun untuk berusaha menjadi manusia yang "sempurna". Mungkin sikap yang kita anggap biasa-biasa saja, buat orang lain ada yang menyebalkan.Â
Keinginan sih, seperti yang diajarkan oleh agama, melakukan yang baik-baik saja. Tetapi sering kita dikalahkan oleh godaan-godaan setan yang datang dalam berbagai bentuk, yang kadang tidak kita sadari.Â
Bisa saja kebaikan yang kita lakukan, belum tentu baik untuk orang lain yang dituju. Dan kita kesal. Ngotot bahwa kita sudah berbuat baik. Padahal, seharusnya fokus saja pada niat baik itu. Bukan pada hasilnya.
Ada saat kita bertemu dengan orang yang senang menilai orang lain dengan standarnya sendiri. Dia mungkin tidak sadar, dengan begitu dia sudah menghakimi orang lain, membuat pemisahan tentang orang yang benar dan yang salah.Â