Jadi, secara logika, jika sebuah usaha sudah menggunakan teknologi digital dalam merekam data-datanya, seharusnya mereka sudah dapat mengusahakan sistem pelaporan yang real time. Seperti contoh di atas, penjualan sudah menggunakan sistem digital, di mana data secara otomatis tercatat ke dalam database. Jadi minimal untuk bagian ini, yaitu pendapatan dari penjualan barang dan jasa, data tersebut sudah dapat ditarik secara real time untuk keperluan pelaporan.Â
Data itu mungkin saja tidak ditampilkan begitu saja karena ada logika-logika bisnis yang diterapkan sehingga menghasilkan angka yang lain. Namun, tetap akan dapat ditelusuri data aslinya (data dasar).
Maka itu, sistem real time dapat mengurangi kemungkinan manipulasi laporan keuangan. Tentu saja perlu ada cut-off date untuk menandai kapan data siap dilaporkan dalam laporan akhir. Namun, setelah itu data yang sudah dilaporkan harus dikunci, dan tidak dapat diubah-ubah lagi, termasuk jika ada perubahan logika business.Â
Kalaupun perlu diubah, karena ada kesalahan perhitungan yang baru disadari di kemudian hari, perubahan itu harus dilakukan terhadap data dasarnya. Dan jika ternyata ada perubahan formula/logika bisnis, maka harus jelas berlakunya terhadap data periode yang mana. Dan harus ada catatanya. Karena ini juga dapat menjadi celah manipulasi data.Â
Bisa saja bagian keuangan bekerja sama dengan IT dengan cara mengubah logika bisnis untuk menghasilkan suatu versi laporan dan kemudian menggunakan logika business yang berbeda untuk menghasilkan versi laporan yang lain.Â
Laporan keuangan mungkin tidak disajikan secara "real time", kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Mungkin mereka hanya menerima dalam bentuk laporan akhir saja. Namun, dengan ketersediaan sistem yang real time, jika ada keraguan, entah itu auditor atau pihak berwenang lainnya, seharusnya dapat menelusuri detail data dengan mudah, dan menemukan ketidak sesuaian (jika ada) antara data pembentuk laporan dengan laporan/output terakhir. Istilahnya real time monitoring system.
Namun demikian, pada praktiknya memang tidak mudah untuk membangun sistem real time dari ujung ke ujung. Seringkali karena sebuah sistem masih mengandung bug sehingga output terakhir masih harus diperbaiki di sana sini baru kemudian dikirim ke database pelaporan. Atau, arsitektur secara keseluruhan dari databasenya yang masih terpisah-pisah sehingga tidak memungkinkan membangun sistem pelaporan secara real time dari ujung ke ujung.Â
Sistem integrasi yang tidak benar-benar mengintegrasikan satu sistem digital dengan sitem digital lainnya pun dapat menjadi kendala karena database yang terintegrasi tetapi sebenarnya masih "mungkin" terpisah.
Dan masih ada beberapa hal lain yang menyebabkan sistem real time dari ujung ke ujung menjadi tidak atau belum dapat diterapkan dalam sebuah organisasi.
Mungkin suatu saat nanti, hal ini dapat menjadi standard teknologi informasi di setiap organisasi, sehingga dapat mengurangi kemungkinan manipulasi data. (VRGultom)
Referensi: investopedia.com