Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Egois Boleh, Tetapi Cobalah Pertimbangkan Orang Lain!

31 Desember 2022   15:57 Diperbarui: 31 Desember 2022   16:07 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: buang sampah sembarangan | sumber: dprd-kotimkab.go.id

Kali ini, aku pikir ada orang dengan sengaja meletakan sampahnya disitu. Menjengkelkan sekali! Dengan kesal, kutarik plastik-plastik berisi sampah itu agak ke tengah menghalangi jalan dan sedikit menjauh dari pintu gerbang rumah kami. "Biar sekalian berantakan dan orang sekitar sadar!", pikirku.

Besoknya, pagi-pagi, aku lihat sampah-sampah itu memang agak berantakan, namun orang masih berlalu lalang tanpa peduli. Sore-sore, sampah-sampah itu kembali ke tempat semula, ke dekat pintu pagar rumahku. Rupanya mobil tetangga yang biasa parkir di trotoar lebar yang baru dibangun PEMDA itu, baru saja datang dan parkir di situ selama beberapa waktu. 

Padahal ketika trotoar lebar itu sedang dibangun dulu, aku sempat senang karena akhirnya ada area untuk pejalan kaki. Eh malah jadi parkiran mobil!

Begitulah sampah-sampah itu berhari-hari berada disitu. Membuat rumah kami kelihatan seperti rumah kumuh. Kadang saat aku lewat disitu, aku tarik lagi plastik-plastik sampah itu menjauh dari pintu pagar.  Hingga akhirnya, seorang tetangga yang berdagang di sebrang rumah memberitahuku,"Si Johni yang menaruh sampah-sampah itu di situ karena kendaraan pengangkut sampah yang dia bawa pecah bannya karena kelebihan beban!".

"Kurang ajar!", makiku dalam hati. Ingin rasanya datang ke pejabat RT/RW setempat untuk protes.

Dulu, kasus-kasus seperti ini tidak ada. Hanya ketika kami masih kecil saja, sesama anak-anak saling berkelahi dan berujung pertengkaran antar orang tua. Namun seiring waktu, semuanya berlalu dan hidup bertetangga pun baik-baik saja. Saling mengirim makanan matang ke seluruh tetangga menjelang hari raya Idul Fitri, begitupun sebaliknya, kami membalasnya menjelang hari Natal dan Tahun Baru. Setiap hari raya Idul Fitri, orang tua kami berkeliling kampung untuk menyalami tetangga mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri. Sebaliknya tetangga berdatangan ke rumah kami di Hari Natal atau tahun baru. 

Namun seiring perkembangan jaman, tradisi saling mengirimkan makanan matang menjelang hari raya itu pun hilang. Dan mungkin seiring pertambahan usia para penduduk sekitar, tradisi keliling kampung dan saling mengunjungi di hari Raya mulai pudar. Mengucapkan selamat hari raya hanya kalau kebetulan berpapasan saja, kecuali tetangga sebelah rumah atau tetangga lama yang seumuran orang tua kami yang masih saling berkunjung.  

Beberapa tahun sudah kedua orang tua kami tidak lagi bersama kami. Demikian pula para tetangga lama yang seumuran mereka, banyak yang sudah berpulang. Kampung kami kini lebih banyak ditinggali oleh orang-orang baru yang, gaya hidupnya lebih individualis. Khas jaman now. Tidak banyak lagi yang saya kenal ketika pulang kembali ke rumah masa kecil. Untung masih ada beberapa tetangga lama, teman-teman masa kecil.

Para tetangga baru ini, baru akan mengaku tetangga ketika ditegur agar tidak parkir menghalangi pintu rumah kami. Bukan mereka yang minta ijin untuk parkir di depan rumah kami, tetapi malah mereka yang bertanya balik,"Gak ada mobil yang mau masuk atau keluar kan?"

"Maksudnya? Kalau ada mobil yang mau masuk ke rumah saya harus minta ijin kalian dulu?", itu jawaban saya yang tidak mau kalah.

Adu mulut pun terjadi sebentar dan biasanya diakhiri dengan omelan si tetangga,"Gak bisa bertetangga!" atau "Ini tanah pemerintah!".   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun