Berawal dari pandemi yang membuat semua orang dianjurkan untuk di rumah saja, dan juga rasa khawatir akan penyebaran virus, membuat banyak orang mulai jarang pergi ke supermarket atau pasar untuk membeli bahan-bahan kebutuhan makanan.Â
Selama pandemi ini, kebanyakan orang membeli secara online. Namun lama-kelamaan akibat bosan di rumah saja dan juga faktor pengiritan karena tidak tahu kapan pandemi akan berakhir, maka terpikirlah untuk menanam sendiri bahan-bahan dapur seperti cabai, bawang, tomat, kunyit, daun bawang, daun seledri, dan beberapa sayuran.
Berhubung tanah yang masih dapat ditanami tinggal sedikit akibat halaman rumah nyaris disemen semua, dan ternyata budget untuk membeli tanah untuk menaman, pot, dan kawan-kawannya lama kelamaan terasa makin membengkak. Maka, saya pun mulai melirik botol-botol plastik bekas air mineral yang sempat saya kumpulkan untuk keperluan lain.Â
Maka saya pun mulai mempelajari teknik menanam hidroponik menggunakan botol bekas air mineral.
Awal-awalnya saya membeli bibit paprika, sawi, dan bayam. Kemudian membuat sendiri bibit tomat dan beberapa jenis cabai.Â
Ternyata bibit tomat lebih cepat jadi, sementara bibit cabai lebih lama. Dan untuk paprika, ternyata lebih lama lagi mulai dari bibit hingga bertunas. Itu pun dari sepuluh bibit, ternyata cuma satu saja yang bertahan hidup.Â
Saya menggunakan media rockwool untuk pembibitan, di mana setiap biji yang akan dibibitkan ditaruh di atas satu petak kecil rockwool.Â
Setiap biji nantinya akan menjadi satu pohon. Jadi, dua belas biji kecil akan menghasilkan dua belas pohon. Kebayang kan jika semua biji dari satu buah tomat dibibitkan? Demikian pula dengan cabai-cabaian yang memiliki biji cukup banyak.Â
Selama masa pembibitan, biji-biji di atas rockwool itu ditaruh di ruang gelap atau ditutup plastik hitam. Setelah bibit-bibit itu bertunas, barulah mulai diperkenalkan dengan sinar matahari.Â