Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tutup Usia Setelah 33 Tahun: Tupperware dan Pelajaran tentang Adaptasi di Era yang Serba Cepat

19 April 2025   00:00 Diperbarui: 18 April 2025   15:13 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
flat-lay-packed-vegetables-fruits (Sumber: FREEPIK/Freepik)

"Tupperware itu bukan cuma kotak makan, tapi kotak kenangan---dari dapur ibu sampai bekal pertama anak sekolah."

Tupperware Tutup, Tapi Kenangannya Masih Disimpan Rapi di Lemari Kita

Setelah 33 tahun menjadi bagian dari kehidupan rumah tangga di Indonesia, Tupperware resmi menghentikan operasionalnya di tanah air. Bagi sebagian orang, kabar ini tak ubahnya seperti kehilangan teman lama yang selalu hadir dalam momen-momen penting di dapur---dari bekal sekolah sampai camilan lebaran. Namun di balik nostalgia itu, ada pelajaran penting tentang bagaimana dunia bisnis bergerak, dan betapa kerasnya tuntutan untuk terus beradaptasi.

Nostalgia Tak Cukup untuk Bertahan di Pasar yang Cepat Berubah

Tupperware bukan hanya merek, tapi simbol budaya keluarga. Banyak dari kita masih ingat betapa eksklusifnya undangan "arisan Tupperware", lengkap dengan demonstrasi produk, hadiah kecil, dan gelak tawa ibu-ibu kompleks. Tapi hari ini, kita hidup dalam era checkout satu klik, review YouTube, dan tren dapur minimalis ala TikTok.

Statistik global menunjukkan bahwa penjualan langsung---yang jadi andalan Tupperware sejak dulu---turun drastis hingga 44% dalam dekade terakhir, tergeser oleh e-commerce dan strategi omnichannel dari kompetitor yang lebih gesit.

Sayangnya, Tupperware terlambat menyadari perubahan ini. Meski dikenal dengan kualitas dan garansi seumur hidupnya, merek ini tak cukup cepat melakukan transformasi digital untuk menarik generasi baru---yang lebih mengenal "Tumbler aesthetic" dari Shopee ketimbang katalog plastik legendaris itu.

Apa yang Sebenarnya Terjadi?

1. Model Bisnis Usang:
Penjualan langsung melalui agen memang personal, tapi tak efisien lagi di era digital. Platform online kini menawarkan produk serupa dengan harga lebih murah dan pengiriman instan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun